PM Najib: Seharusnya Malaysia Tak Dibebani Isu Rohingya

Sumber :
  • REUTERS/Rob Griffith
VIVA.co.id
Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya
- Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak, mengatakan isu pengungsi Rohingya harus dituntaskan oleh seluruh negara anggota ASEAN melalui jaringan keanggotaan di organisasi tersebut. Sebab, jika tak dituntaskan, maka dikhawatirkan isu tersebut akan menjadi bencana kemanusiaan yang mematikan.

Tokoh Rohingya Sanjung Keramahan Warga Aceh Utara

Laman
Kemlu: RI Harus Bangga Bersedia Tampung Imigran
Star , Sabtu, 16 Mei 2015, melansir selaku ketua ASEAN tahun ini, isu pengungsi Rohingya tidak saja menjadi masalah para pemimpin negara di kawasan tersebut, tetapi juga pemimpin internasional lainnya termasuk Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, dan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott.

"Kami menghormati prinsip ASEAN di mana kami tidak ikut campur dengan urusan dalam negeri di dalam anggota ASEAN. Namun, dengan adanya sebuah masalah tertentu yang telah menyebar dan mempengaruhi kepemimpin negara ASEAN lainnya dan kemungkinan di luar dari anggota, maka kami membutuhkan solusi melalui forum ASEAN serta bekerja sama dengan pihak lain," kata Najib.


Dia menjelaskan, Sekjen Ban telah menyampaikan kekhawatirannya dengan menelepon pada Sabtu pagi. Najib mengatakan kepada Ban bahwa isu pengungsi Rohingya merupakan bencana kemanusiaan yang harus dituntaskan secara serius oleh semua negara anggota.


"Ini bukan hanya isu ASEAN tetapi isu kemanusiaan, sebuah isu global yang harus diselesaikan secara serius oleh semua negara," tambah Najib.


Dalam kesempatan itu, Najib mengatakan Negeri Jiran seharusnya tidak dibebani dengan isu pengungsi Rohingya karena secara khusus akar permasalahan bukan datang dari negaranya.


"Kami merasa bersimpati terhadap mereka yang terapung-apung di lautan terbuka. Banyak dari mereka yang terbunuh, termasuk anak-anak dan lainnya," kata dia.


Tetapi, ungkap Najib, jika Malaysia mengizinkan beberapa dari pengungsi itu untuk mendarat dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka, maka Negeri Jiran akan dibebani dengan permasalahan ini. Karena, masih ada ribuan pengungsi lainnya yang akan kabur dari negara mereka.


Najib telah meminta kepada Menteri Luar Negeri, Anifah Aman, untuk menghubungi Pemerintah Myanmar dan menyampaikan pesan ini dan berharap sebuah respons positif untuk Malaysia.


"Saya berharap mereka akan memberikan respons positif karena isu pengungsi lantaran dianggap isu internal, maka kami tidak bisa ikut campur. Tetapi, kami ingin melakukan hal lain sebelum masalahnya memburuk," kata Najib.


Dia menyebut Pemerintah Malaysia akan berupaya untuk mengatasi permasalahan pengungsi Rohingya melalui sebuah solusi ASEAN dan berharap Pemerintah Myanmar tidak beranggapan ini sebagai ikut campur terhadap isu domestik tetapi menilainya sebagai cara untuk menghindari tragedi kemanusiaan yang lebih besar.


Ketika ditanya perlunya seruan bagi negara ASEAN untuk menggelar sebuah pertemuan untuk membahas isu ini, Najib mengatakan, Malaysia memiliki beberapa pilihan yang bisa ditindaklanjuti.


"Kini, kami tengah mengupayakan agar bisa memperoleh respons dari Pemerintah Myanmar," kata dia.


Najib mengaku masih menanti respons dari Pemerintah Myanmar dalam beberapa hari ke depan dan pernyataan yang dibuat oleh PBB. Dia menyebut Negeri Jiran memang tidak menandatangani Konvensi PBB tahun 1951 mengenai Pengungsi. Sebab, saat ini mereka telah menampung sekitar 120 ribu pengungsi dari Myanmar.


"Untuk mengatakan bahwa kami tidak mengakomodir atau malah mengurangi permasalahan kemanusiaan tidak lah benar. Malaysia telah memainkan sebuah bagian yang besar, tetapi kami bukan sumber dari permasalahan pengungsi ini," papar Najib.


Dia menegaskan dengan memberikan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya,bukan berarti semua orang bebas memasuki Malaysia. Namun, Najib mengisyaratkan yang masuk ke negaranya harus melalui jalur resmi.


"Siapa pun yang ingin masuk (ke Malaysia), bisa masuk," kata Najib.


Ribuan pengungsi Rohingya yang kini mendarat di Indonesia, mengatakan, semula mereka ingin berlayar menuju ke Negeri Jiran untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tetapi, mereka malah didorong dan dipingpong agar tak bisa memasuki daratan Malaysia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya