Raksasa Energi AS Eksploitasi Krisis Ebola

Ilustrasi perusahaan energi AS Peabody.
Sumber :
  • james mcgillis

VIVA.co.id - Pakar-pakar kesehatan meluapkan kemarahan pada perusahaan batu bara swasta terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Peabody, karena mengeksploitasi krisis ebola di Afrika, sebagai bagian dari kampanye humas mereka.

Dikutip dari laman Guardian, Rabu, 20 Mei 2015, pakar kesehatan yang terlibat dalam penanganan krisis ebola, mengecam apa yang mereka sebut konyol, menghina, serta tindakan oportunis Peabody untuk mengambil keuntungan dari krisis.

Peabody dalam kampanye humasnya, berusaha menggambarkan batu bara sebagai bahan bakar abad-21, yang mereka klaim dapat mengatasi kemiskinan global, serta jawaban bagi krisis kesehatan Afrika.

Greg Boyce, CEO Peabody, perusahaan multinasional AS yang menjalankan bisnis pertambangan di seluruh dunia, mengatasnamakan krisis ebola dalam presentasinya untuk konferensi industri batu bara, September 2014.

Dia menyebut diperluasnya akses pada batu bara sebagai sumber energi, dapat menghindari penyebaran ebola dan membantu distribusi vaksin. Irwin Redlener dari Universitas Colombia, mengatakan tidak ada bukti untuk mendukung tesis Boyce.

"Saya pikir itu upaya oportunis, untuk menghubungkan kepentingan korporasi dengan krisis kesehatan publik yang masif," kata Irwin.

MK Gelar Sidang Sengketa Pileg 2024 Pekan Depan, Total Ada 297 Perkara

Skip Burkle dari Harvard, menyebut klaim Peabody sangat konyol.

Irwin menegaskan, industri batu bara sedang jatuh, tapi itu bukan berarti harus membuangnya di Afrika. "Ini penghinaan bagi rakyat Afrika," ujarnya. Peabody membantah, menggunakan krisis ebola untuk kepentingan mereka.

Wakil presiden Peabody, Vic Svec, mengatakan Boyce hanya berusaha menekankan, bahwa kurangnya instalasi listrik secara dramatis berakibat pada kemampuan untuk memerangi ebola. Terutama karena rumah sakit membutuhkan energi, untuk merawat para pasien ebola.

Kinerja Buruk Perusahaan di AS Picu Pelemahan Wall Street

Laba perusahaan di AS diperkirakan menurun tahun ini.

img_title
VIVA.co.id
24 Juli 2015