Sarankan Keluar ASEAN, Mahathir Diserang Balik Myanmar

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad.
Sumber :
  • The Malaysia Insider

VIVA.co.id - Wakil Menteri Luar Negeri Myanmar, U Thant Kyaw, bereaksi dingin menanggapi pernyataan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, agar ASEAN mengeluarkan Myanmar dari keanggotaan.

Mahathir mengatakan itu menyusul eksodus ribuan imigran Rohingya ke sejumlah negara tetangga, termasuk Malaysia, karena mereka mengalami diskriminasi.

Kyaw justru menyindir Mahathir tak mengerti situasi yang terjadi di Myanmar yang diperkirakan sebagai akibat faktor usia Mahathir yang sudah lanjut, yaitu 89 tahun.

Dilansir dari Myanmar Times, Kyaw mengklaim ASEAN mengakui Myanmar sebagai anggota yang membawa manfaat bagi wilayah Asia Tenggara.

Direktur Departemen Urusan ASEAN, U Hau Khan Sum, mengaku terkejut dengan pernyataan Mahathir. Menurutnya, Mahathir tentu sangat mengerti pentingnya persatuan ASEAN demi terwujudnya masyarakat Asia Tenggara yang damai dan sejahtera.

"Saya tidak mengerti mengapa dia (Mahathir) berbicara seperti itu karena Myanmar telah bekerja sama dengan semua negara anggota untuk menyelesaikan masalah mereka sekarang. Myanmar telah menyatakan bahwa tidak akan ada negara yang dikesampingkan," kata Khan Sum.

"Seperti yang Anda tahu, ASEAN tidak membuat keputusan tanpa konsensus. Karena itu, tidak mungkin mengusir Myanmar dari ASEAN," Khan Sum menambahkan.

Mahathir mengecam perlakuan Myanmar kepada etnis minoritas muslim Rohingya dalam pidato utama pada sebuah konferensi bertajuk Nasib dari Rohingya, Bagian II Kejahatan Terhadap Kemanusiaan yang diselenggarakan di Islamic Museum Seni, Kuala Lumpur, pada 12 Juni 2015.

Ia mengatakan negara-negara ASEAN telah bertahun-tahun melakukan pendekatan diplomatik dalam mencoba melibatkan Myanmar untuk masalah Rohingya.

Nobel Perdamaian Suu Kyi Diserukan untuk Dicabut

“Namun, Myanmar gagal menjadi lebih manusiawi untuk rakyat mereka sendiri. Jika mereka tidak merespons, saya pikir mereka tidak memiliki hak untuk diakui sebagai anggota Asean,” kata Mahathir.

Politisi mencatat bahwa pada tahun 1997, saat menjadi Perdana Menteri, Mahathir berpedan penting dalam mendorong Myanmar bergabung dengan Asean ketika negara itu masih di bawah kekuasaan militer.

U Soe Aung, aktivis oposisi pada Forum untuk Demokrasi Thailand yang berbasis di Burma, mengatakan Asean telah membuat salah satu kesalahan terbesar karena mengakui Myanmar, bukannya mendukung gerakan demokrasi di negara itu.

"Sekarang mereka semua sedang menghadapi konsekuensi dari apa yang mereka lakukan," kata Aung. “Kondisi menyedihkan di Myanmar terhadap Rohingya adalah noda hitam raksasa untuk Asean,” ujarnya.

Tapi U Kyaw Lin Oo, seorang ahli urusan regional, menilai bahwa Mahathir sering omong kosong ketika berbicara tentang isu Rohingya. "Dia harus tahu tentang situasi saat ini di Myanmar dan solusi atas masalah itu," katanya.

Mahathir mengatakan, dia sudah mengirim surat kepada pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, soal Rohingya. Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi, mengkonfirmasi telah menerima surat itu tetapi menolak memberikan komentar.

Presiden Myanmar Htin Kyaw bersama Aung San Suu Kyi

Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya

Caranya mengubah secara radikal kebijakan dan praktik kekerasan.

img_title
VIVA.co.id
15 April 2016