Sumber :
- VIVA/Rusli Djafar
VIVA.co.id
- Polisi Indonesia telah berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Filipina (KJF) di Manado untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai modus operandi Hasna, penyalur jemaah haji secara ilegal melalui Filipina. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, koordinasi dengan Filipina akan terus berlanjut hingga kasus tuntas.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Hal itu diungkap Arrmanatha ketika ditemui di kantor Kemlu, di kawasan Pejambon, Jakarta Pusat pada Kamis, 18 Juni 2015. Menurut Arrmanatha, paspor yang digunakan sebagai identitas calon jemaah berangkat ke Arab Saudi palsu.
"Yang kami ketahui paspornya tidak asli. Yang dimiliki adalah hasil pindai (scan)," kata diplomat yang akrab disapa Tata itu.
Bukti adanya paspor Filipina, kata Tata, tidak ditemukan. Yang ada hanya berupa salinan yang telah dipindai tadi.
pada Selasa kemarin di Jalan Sulawesi, Kota Parepare. Dari hasil penggrebekan, polisi menemukan sejumlah dokumen seperti daftar calon jemaah haji asal Indonesia berjumlah 62 orang, sidik jari, bukti pembayaran, rekening dan paspor Filipina.
"Hasna merupakan perekrut calon jemaah haji dan juga menjadi penghubung dengan seseorang di Filipina yang akan mengurus paspor Filipina," kata Kapolres Parepare AKBP, Alan Gerrit Abast.
Bahkan, ada sejumlah calon jemaah haji yang telah membayar Rp80 juta kepada Hasna, karena dijanjikan akan berangkat pada musim haji tahun ini. Menurut laporan, Hasna sengaja menggunakan paspor Filipina sehingga jemaah haji yang dia berangkatkan terlihat seperti warga Filipina.
Tujuannya, agar bisa memanfaatkan kuota haji dari Filipina. Jumlah jemaah haji dari Filipina tidak terlalu banyak, sehingga dengan menyamar sebagai warga sana, bisa memanfaatkan kuota tersebut. (One)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Bukti adanya paspor Filipina, kata Tata, tidak ditemukan. Yang ada hanya berupa salinan yang telah dipindai tadi.
