Pengungsi Rohingya Bahagia Berpuasa di Indonesia

Tarwih pertama muslim Rohingya di Aceh, Indonesia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad
VIVA.co.id
Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya
- Para pengungsi Rohingya merasa bahagia bisa merasakan bulan suci Ramadhan di Kuala Cangkoi, Aceh, Indonesia. Sebab, suasana bulan Ramadhan begitu terasa, lantaran sebagian besar penduduk Aceh beragama Islam. 

UNHCR Apresiasi RI soal Pengungsi Rohingya
Dikutip dari laman Star2.com, Selasa, 23 Juni 2015, total terdapat 1.861 imigran ilegal yang berasal dari Bangladesh dan Myanmar terdampar di Indonesia. Mereka telah terombang-ambing di laut selama beberapa bulan. 

Tokoh Rohingya Sanjung Keramahan Warga Aceh Utara
Salah seorang pengungsi Rohingya, Muhammad Yunus, yang semula berharap bisa berlayar menuju ke Malaysia, merasa lega terdampar di Indonesia. Yang membuatnya lebih bersyukur lagi, karena saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. 

Kondisi yang dia rasakan tentu berbeda jauh dengan situasi di Myanmar, di mana mayoritas penduduknya beragama Budha. Selain itu, warga Rohingya sudah sejak lama menghadapi diskriminasi dan ditolak kewarganegaraannya. 

"Segala puji bagi Allah, kami diselamatkan dan dibawa ke sebuah negara Muslim. Orang-orang di sini sangat baik dan telah membantu kami, mereka melihat pengungsi Rohingya sebagai saudara mereka," ujar Yunus yang juga berprofesi sebagai guru pendidikan agama dan diselamatkan di lepas pantai Aceh pada 10 Mei lalu. 

Dia diselamatkan bersama sekitar 580 migran lainnya. Kendati dalam kondisi baik, Yunus kini merindukan keluarganya. 

"Saya rindu istri dan anak-anak," katanya sambil menahan untuk tak menangis. 

Cerita bahagia lainnya datang dari Muhammad Shorif yang melarikan diri dari kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Di sana, dia tinggal bersama keluarga. 

"Saya rindu masakan ibu di kamp pengungsi," kata Shorif yang mengaku senang berpuasa di Aceh. 

Kebahagiaan warga Rohingya kian bertambah, sebab warga Aceh pun menyambut baik mereka, kendati imigran ilegal. Warga Aceh berbondong-bondong memberikan sumbangan makanan dan uang untuk kaum imigran ilegal. Selain itu, mereka membawakan hidangan untuk berbuka puasa. 

Banyak orang di daerah bersimpati dengan penderitaan kaum Rohingya, sebab sejarah mereka yang memilukan. Aceh sempat mengalami konflik separatis selama satu dekade.

Konflik itu berakhir ketika gelombang tsunami Samudera Hindia meluluhlantakkan Aceh pada 2004. Lebih dari 170 ribu orang dilaporkan tewas. 

"Selama konflik di masa lalu, kami juga menderita. Tapi, ada lagi warga Rohingya yang jauh memiliki pengalaman lebih buruk daripada kami, warga Aceh," kata seorang nelayan, Syamsuddin Muhammad. 

Syamsuddin sengaja datang ke kamp imigran untuk memberikan sumbangan uang yang telah dikumpulkan dari warga di desanya. 

Aceh pun turut berusaha untuk memperbaiki kondisi hidup para migran. Sejak awal, mereka telah diberi perlindungan di sebuah pusat olah raga sebelum akhirnya dipindahkan ke sebuah bangunan di kota nelayan Kuala Cangkoi. Pekan lalu, mereka dibawa ke sebuah desa di pedalaman, di mana terdapat bangunan dengan kondisi lebih baik. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya