Indonesia Perlu Belajar Peta Radikalisme Mesir

Ilustrasi/Militan ISIS
Sumber :
  • Mirror
VIVA.co.id
Din Syamsuddin: Lawan Terorisme Tanggung Jawab Bersama
- Indonesian Institut for Society Empowerment (INSEP) bekerjasama dengan Japan-ASEAN Integrited Fund (JAIF), meluncurkan dua buku karya Abdul Mun’im Moneb yaitu 'Dalil al-Harakat al-Islamiyyah al-Misriyyah' dan 'Muraj a’at Jihaddin'.

Menteri Luhut Minta NU Waspadai Dua Tokoh

Pada peluncuran di Jakarta, Rabu, 8 Juli 2015, disebut dua buku itu telah dibuat sejak 2010 oleh Moneb, cendekiawan yang mempelajari gerakan radikal di Mesir. Kedua buku itu diterjemahkan dari bahasa Arab, atas inisiatif INSEP dan JAIF.
Pesantren Ngruki Bantah Ajarkan Radikalisme


Dua buku itu membuat hidup Moneb terjerat banyak masalah. Dia ditangkap pertama kalinya saat berusia 16 tahun, setelah pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat pada Oktober 1981.


Moneb dalam bukunya, berkisah tentang bagaimana kelompok-kelompok radikal berkembang, mulai dari penggunaan kekerasan hingga cara-cara yang lembut. "Semua organisasi kekerasan bersumber di Mesir," kata Moneb.


Gerakan radikal kemudian berkembang ke negara-negara Muslim. Kelompok ekstrimis juga lahir di Mesir, sehingga menurutnya penting untuk mengetahui peta gerakan kelompok Mesir.


Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution, menilai tepat penerbitan dua buku Moneb, dengan berkembangnya fenomena radikalisme di Indonesia.


“Lebih dari 150 orang Indonesia berperang di Suriah dan Irak, terpengaruh propaganda ISIS,” ujarnya. Dia menambahkan, nama-nama kelompok jihadis Mesir hampir sama dengan kelompok di Indonesia.


Oleh karena itu, pembaca buku disebutnya perlu memilah setiap nama, antara kelompok di Mesir dan Indonesia. “Dipilah dan diambil pelajarannya untuk dijadikan panduan,” kata Saud.


Direktur Politik Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, Chandra W Yudha, mengatakansemua perlu belajar berbagi pengalaman, khususnya tentang radikalisme. Banyak yang telah menulisnya, tapi belum dimanfaatkan di Indonesia.


“Jadi perlu kerja sama, atas dasar itu (buku) hal baik yang dapat kita pelajari,” kata Chandra. Perwakilan Jepang untuk ASEAN, Yukiko Okano, mengatakan negaranya mendukung penerbitan buku.


Eksekusi tiga warga negara Jepang oleh ISIS pada awal 2015, memperlihatkan perlunya Jepang ikut serta menangkal radikalisme. Buku-buku Monen akan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris untuk kawasan Asean.


Buku pertama, Dalil al-Harakat al-Islamiyyah al-Misriyyah atau Panduan Gerakan Islam di Mesir, berisi informasi penting tentang asal, gagasan dan metode gerakan Islam di Mesir.


Lantas buku kedua, Muraj a’at Jihaddin atau Membincangkan Kembali Kelompok-Kelompok Jihad, membahas tinjauan ulang organisasi jihad, di mana penghentian kekerasan memicu perdebatan dan kontroversi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya