Awal Mula Dua Pilot Indonesia Bergabung dengan ISIS

Ilustrasi/Militan ISIS
Sumber :
  • Mirror

VIVA.co.id - Polisi Federal Australia (AFP) menduga dua pilot asal Indonesia menjadi korban radikalisasi dan bergabung dengan kelompok militan Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS).

UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

Laman berita online, The Intercept, yang kerap mempublikasikan dokumen yang dibobol Edward Snowden, mengunggah laporan AFP tertanggal 18 Maret 2015 berjudul "Operational Inteligence Report: identification of Indonesian pilots with possible extrimist persuasions". 

The Intercept menurunkan laporannya pada Rabu, 8 Juli 2015. Dua pilot yang diduga bergabung ke ISIS yakni Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno.
Ketakutan Paris Hilton Jadi Target ISIS

Ridwan diketahui bekerja untuk maskapai Malaysia, Air Asia. Sedangkan Tommy dilaporkan menjadi pilot jet pribadi khusus untuk mengangkut tamu VIP, Premiair.
Dokumen Rahasia ISIS Bocor ke Publik

AFP menduga keduanya telah bergabung hanya berdasarkan pantauan akun sosial Facebook milik Ridwan dan Tommy. Berdasarkan penelusuran AFP, Ridwan lulus dari Akademi AirAsia pada Januari 2010.

Dari sana dia resmi berkarier sebagai pilot maskapai dengan slogan "Now Everyone Can Fly" itu. Di akun Facebooknya, Ridwan kerap wara wiri mengendarai pesawat untuk rute internasional ke Hong Kong dan Singapura serta rute domestik. 

Ridwan diduga mulai menjadi korban radikalisasi kelompok militan ketika melakukan kontak secara reguler di dunia maya dengan individu pendukung ISIS lainnya. Salah satunya warga Indonesia yang diduga telah lebih dulu bergabung dengan kelompok militan itu.

Dari situ Ridwan mulai berubah. Dia mengubah nama profil di akun Facebooknya menjadi Ridwan Ahmad Indonesia dan menunjukkan minat yang besar untuk ikut berperang dengan ISIS di Kobani.

Niatnya itu direalisasikan. Pada pertengahan bulan Maret lalu, Ridwan mengunggah lokasi terakhirnya sudah berada di Raqqa, Suriah.

Ridwan diketahui juga berkomunukasi dengan pilot Indonesia lainnya yang juga sudah menjadi pendukung ISIS. 

"Kedua pilot diduga terpengaruh oleh elemen pendukung ISIS termasuk propaganda ekstrem yang ada di dunia maya oleh media radikal di Indonesia. Paham ekstrem itu juga disebar oleh diduga pejuang ISIS asal Indonesia yang telah berada di Irak atau Suriah," tulis laporan AFP dan dikutip The Intercept

AFP berpendapat pilot, kru pesawat udara dan pekerja lainnya yang memiliki akses ke dalam dunia penerbangan jelas bisa memunculkan ancaman nyata jika berhasil dipengaruhi menjadi radikal. 

"Akses dan pengetahuan mereka terkait keamanan dan keselamatan bisa menjadi modal untuk menciptakan serangan besar seperti yang terjadi di masa lampau," tulis AFP di laporannya. 

Salah satu dorongan untuk melakukan teror di udara turut dipengaruhi edisi terbaru majalah milik kelompok Al-Qaida, Inspire

The Intercept terus memantau akun Facebook milik Ridwan. Hasilnya, dalam beberapa bulan terakhir, dia kerap mengganti nama profil. Teman-teman yang dimiliki Ridwan di akun tersebut kini lebih banyak sesama jihadis asing dari seluruh dunia yang rela berjuang atas nama ISIS. 

Di dalam foto-foto teman-temannya itu terpampang senjata, video peperangan dan indikasi mereka kemungkinan besar turut berperang bersama ISIS.

Tidak hanya Ridwan saja yang terpengaruh oleh paham radikal itu. Istri Ridwan, Diah Suci Wulandari, yang sebelumnya juga bekerja di maskapai AirAsia diduga ikut menjadi pendukung ISIS. Keberadaan Diah pun kini tak diketahui. 


Pilot Kedua

Dalam laporan AFP, pilot kedua yang diduga menjadi pendukung ISIS diketahui bernama Tommy Hendratno. Berdasarkan laporan AFP, Tommy kini mengubah nama menjadi Tomi Abu Alfatih. Sementara di akun Facebooknya tertulis Abu Alfatih Hendratno. 

Tommy diketahui merupakan mantan anggota militer Indonesia dan pernah dilatih di Paris. Dia kemudian bekerja di sebuah sekolah penerbangan besar di Indonesia.

Terakhir, dia diketahui bekerja sebagai pilot untuk perusahaan jet pribadi yang mengangkut tamu VIP, Premiair. Dalam profil Facebooknya, tertulis pada Februari lalu Tommy telah mengikuti pelatihan di sekolah penerbangan di Amerika Serikat. 

Tommy diketahui mulai menjadi radikal pada September tahun lalu. Dia diketahui kerap bepergian ke area Asia Timur dan kawasan Timur Tengah. Di pertengahan tahun 2014, dia mulai menyatakan dukanya terhadap penderitaan kaum Muslim di seluruh dunia. 

Tommy kali pertama diketahui mengunggah materi terkait ISIS pada Desember 2014. Di waktu itu pula, dia diketahui baru saja kembali dari Negeri Paman Sam untuk memperoleh sertifikasi penerbangan. 

Dalam sebuah postingan di Facebook, Tommy menggambarkan polisi sebagai "ansharu thagut". Dalam laporan AFP, istilah itu kerap digunakan oleh para jihadis untuk menggambarkan polisi sebagai pendukung pemerintahan yang kerap menindas. 

Dari sana, Tommy hampir setiap hari dipantau mengunggah materi terkait ISIS. Bahkan dalam satu hari, bisa beberapa informasi yang dia unggah. Informasi yang dia unggah antara lain video dan foto-foto milik media pendukung ISIS. 

Dia juga mengunggah pembukaan sekolah berbahasa Inggris bagi anak-anak di Suriah. Dalam satu informasi yang diunggah, terlihat komentar dan dukungan dari pilot lainnya. 

Kedua pilot itu diketahui turut bergabung dalam sebuah kelompok tertentu yang terdiri dari 300 pilot, pramugari, instruktur penerbang, operator pengendali menara udara dan radar dan kru darat di Indonesia, Australia, Malaysia, Swiss, Jerman, Prancis, Timur Tengah, Inggris dan AS. 

Profil Facebook Ridwan baru-baru ini telah hapus. Baik dia, istrinya atau Tommy tak bisa dimintai komentar melalui akun Facebooknya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya