Sebelum Bergabung ISIS, Dua Pilot Pilih Mundur Kerja

Militan ISIS menggunakan tank tempur.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - Dua pilot yang diduga telah bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS) oleh Polisi Federal Australia (AFP) diketahui telah mundur dari pekerjaan mereka sebelum berada di Irak atau Suriah.

UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

Juru Bicara AirAsia, Audrey Petriny, membenarkan Ridwan Agustin dan istrinya, Diah Suci Wulandari sudah tak lagi bekerja di maskapai yang memiliki slogan "Now Everyone Can Fly" itu. 

Laman The Intercept, Rabu, 8 Juli 2015, melansir AirAsia juga enggan membeberkan keterangan waktu pasangan suami istri itu bekerja atau rute penerbangan keduanya. 
Ketakutan Paris Hilton Jadi Target ISIS

"Tolong diketahui, Ridwan Agustin dan Diah Suci Wulandari tidak lagi menjadi pegawai AirAsia Indonesia. Oleh sebab itu, kami tak dapat memberikan komentar lebih jauh mengenai dua individu itu," kata Audrey. 
Dokumen Rahasia ISIS Bocor ke Publik

Komentar serupa juga dilontarkan perusahaan tempat Tommy Hendratno bekerja. Tommy diketahui bekerja sebagai pilot jet pribadi yang biasa mengangkut tamu VIP, Premiair.

Manajer Pengendalian Kualitas dan Keselamatan Premiair, Norman Sukardi, melalui pernyataan tertulis membenarkan Tommy sempat bekerja di perusahaan yang berlokasi di area Halim itu. 

Norman mengatakan, Tommy berhenti bekerja pada 1 Juni lalu. Dia enggan membeberkan informasi mengenai rute penerbangan yang kerap dilalui Tommy atau latihan terbang yang pernah dijalani di Amerika Serikat. 

Norman menyebut Tommy memilih mundur bukan karena ada permasalahan kepegawaian atau keluhan terkait dirinya. Kendati begitu, dia tetap menolak menginformasikan alasan Tommy memilih mundur dari pekerjaannya. 

"Kami memang mendengar dia salah seorang simpatisan kelompok ISIS. Tetapi, kami tak tahu jika dia secara aktif mempublikasikan artikel dan melakukan pertemuan atau pelatihan dengan ISIS," kata Norman. 

Jika perusahaan tahu sejak awal Tommy bergabung dengan ISIS, pasti organisasi terkait seperti polisi atau intelijen sudah menyadari keterlibatannya. Dari beberapa foto dan unggahan informasi di akun Facebook Tommy, dia pernah berlatih di Flight Safety International yang berlokasi di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat. 

Pelatihan itu setidaknya telah dia ikuti di tiga acara terpisah selama tiga tahun terakhir. Terbaru, dia mengikuti pelatihan itu antara 1-7 Februari 2015. Yang membuat AFP curiga, di antara video simulasi penerbangan, terselip video pemenggalan sandera ISIS dan propaganda terorisme lainnya. 

Juru bicara sekolah Fligth Safety International tidak merespons pertanyaan yang dikirimkan The Intercept melalui surat elektronik. Juru bicara sekolah itu, Steve Phillips mengaku tak tahu apa pun mengenai isu keterlibatan salah satu siswa penerbangnya dengan ISIS. 

"Saya tidak tahu apa pun, jadi saya tak bisa berkomentar," kata Phillips.

Ketika didesak untuk mengonfirmasi tanggal awal Tommy berlatih di sana, Phillips beralasan tak etis mengungkap nama siswa mereka kepada publik. 

"Kami tidak mengungkap nama-nama pelanggan kami. Kalian mengirimkan berbagai nama, sehingga saya tak dapat membantu untuk memberikan jawaban," kata Phillips. 

Sama seperti Ridwan, Tommy diketahui kerap melakukan perjalanan di sekitar Asia Timur dan kawasan Timur Tengah. 

Menurut pengamat terorisme, Sidney Jones, laporan ini tentu membuat warga dan Pemerintah Australia khawatir. Jones berpendapat tak mungkin warga Indonesia bisa begitu saja bepergian ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan ISIS.

Kecuali, mereka kenal seseorang yang telah bergabung lebih dulu dengan kelompok militan itu. 

Proses rekrutmen, kata Jones, dilakukan melalui beberapa kelompok yang berfokus kepada dua ulama besar Muslim dan pengikutnya. Ada lima lokasi perekrutan yang diketahui Jones. Termasuk, salah satunya tersangka yang bertanggung jawab terhadap aksi pengeboman di Bali pada 2002.

Namun, Jones mengaku belum pernah mendengar ada pilot yang direkrut menjadi jihadis ISIS. Dari dokumen AFP disebut ISIS sepertinya sengaja merekrut individu yang memiliki kemampuan profesional tertentu.

Dari data yang dimiliki oleh institusi yang dia pimpin, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), pada periode antara 1 Maret dan 1 Juni 2014, sebanyak 44 warga Indonesia dilaporkan tewas di Suriah dan Irak. 

Salah satu yang tewas diketahui merupakan rekan Heri Kustyanto. Heri yang juga diketahui bernama Abu Azzam Qaswarah Al Indonesy, merupakan satu dari tiga jihadis di ISIS yang telah menduduki posisi penting.

Rekan Heri yang juga menduduki posisi itu yakni Maskur, warga Indonesia yang disebut-sebut turut muncul dalam video eksekusi pekerja kemanusiaan asal AS, Peter Kassig.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya