Keluarga MH370 Kecam Kartun Menjijikkan Charlie Hebdo

Karikatur Charlie Hebdo untuk mengolok-olok temuan puing MH370.
Sumber :
  • Charlie Hebdo
VIVA.co.id
Tragedi MH370 dan Bebas Visa Malaysia untuk China
- Maira Elizabeth Nari (18), putri tertua awak pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370, Andrew Nari, tidak dapat memendam rasa kecewanya atas karikatur yang dibuat majalah satir Prancis, Charlie Hebdo.

MH370 Diperkirakan Terjun ke Laut dengan Kecepatan Tinggi

"Sangat tidak etis dan menjijikan," ujar Maira, seperti dikutip dari
'Puing Pesawat' Terlihat di Pantai Timur Malaysia
Bernama pada Sabtu 15 Agustus 2015, merujuk pada karikatur Charlie Hebdo, yang mengolok-olok temuan puing MH370 di Pulau Reunion, akhir Juli lalu.


Bukan kali pertama Charlie Hebdo membuat kontroversi. Majalah satir itu mendulang banyak pemasukan untuk edisi karikatur Nabi Muhammad, usai serangan mematikan ke kantor mereka pada awal Januari 2015.


Untuk temuan puing MH370, mereka membuat karikatur bergambar dua potongan lengan manusia, berikut serpihan lengan baju seperti seragam pilot, yang sedang meremas dua payudara.


Isi karikatur itu, mungkin merujuk pada sejumlah kasus prilaku buruk pilot pesawat, dalam kasus terpisah. Tapi untuk MH370, Charlie Hebdo jelas tidak berusaha menghargai perasaan keluarga para korban.


Mereka saat ini sedang menanti kabar, tentang apa sebenarnya nasib yang menimpa anggota keluarganya. Karikatur itu bukan cara yang baik untuk mendulang banyak keuntungan dari penjualan majalah.


"Mereka mungkin tidak mengerti, apa rasanya ketika keluarga mereka hilang, atau terlibat dalam tragedi yang mengerikan dan tidak ada jenazah yang ditemukan," kata Kelvin Shim, suami pramugari Tan Ser Kuin.


Shim melihat karikatur Charlie Hebdo, ketika berselancar di internet. Seperti keluarga korban lain, Shim terus membuka internet, berusaha mencari kabar terbaru dalam proses pencarian MH370.


Mereka yang sedang dirundung kesedihan, putus asa menunggu kabar keluarganya, disentak dengan karikatur menjijikkan Charlie Hebdo. Itu juga masih belum seberapa. Bayangkan anak-anak mereka.


Shim mengatakan, harus sangat ketat mengawasi dua anaknya, yang berusia sembilan dan tujuh tahun, agar mereka tidak melihat karikatur itu saat berselancar di internet. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya