RI Ajak Belanda Tanam Modal Industri Hilir Minyak Sawit

Menteri Perindustrian Saleh Husin bersama pengusaha RI dan Belanda
Sumber :
  • VIVA.co.id

VIVA.co.id - Pemerintah Indonesia mengajak para pengusaha Belanda untuk turut berinvestasi dalam industri hilir minyak kelapa sawit. Ini merupakan salah satu cara Indonesia mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak sawit mentah untuk bisa diolah terlebih dahulu di dalam negeri agar punya nilai tambah sekaligus memperbanyak lapangan kerja.

Ajakan berinvestasi itu disampaikan Menteri Perindustrian RI, Saleh Husin, di depan para pengusaha Belanda di Kota Rotterdam, Jumat waktu setempat. Turut hadir dalam acara “Forum Bisnis dan Investasi untuk Industri Hilir Minyak Sawit” adalah para pengusaha sawit Indonesia dan Belanda, pejabat Kementerian Perdagangan RI, dan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag, Ibnu Wahyutomo.

“Saya mengajak para pengusaha Eropa, terutama Belanda, untuk ikut berpartisipasi dalam penanaman modal untuk industri hilir minyak sawit di Indonesia. Ada tiga sektor industri hilir minyak sawit yang bisa dikembangkan di negara kami,” kata Husin.

Pertama adalah sektor Oleo Food, berupa minyak goreng, minyak salad, margarin, manisan, mentega putih (shortening), mentega kakao, lemak, es krim, dan lain-lain. Lalu, lanjut Menteri Saleh, investor produk nilai tambah minyak sawit bisa pula menanamkan modal untuk sektor Oleo chemical, seperti asam lemak, alkohol lemak, sabun, kosmetik, dan gliserin.

“Lalu indusri hilir minyak sawit bisa pula menghasilkan energi yang terbarukan, seperti biosolar, bioetanol, bahan bakar jet bio, dan lain-lain,” kata Saleh.

Menurut dia, industri hilir ini pada akhirnya bisa mengurangi ketergantungan Indonesia akan ekspor minyak sawit mentah sekaligus dapat mendongkrak pendapatan dari produk nilai tambah serta memperluas lapangan kerja di Tanah Air.  Saat ini Indonesia berstatus produsen minyak sawit terbesar di dunia.

“Pada 2014, Indonesia sudah memproduksi minyak kelapa sawit [CPO dan CPKO] sekitar 35 juta ton. Diperkirakan jumlahnya terus bertambah, pada 2020 nanti menjadi lebih dari 45 juta ton,” kata Saleh.

Ada Moratorium, Investasi Sawit Tetap Berjalan Baik

Dia pun menawarkan sejumlah fasilitas dan insentif pajak demi menarik minat pengusaha Belanda untuk tanam modal di industri minyak kelapa sawit Indonesia.
Sementara itu, Kuasa Usaha KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo, mengungkapkan bahwa kunjungan Menteri Saleh dan delegasi pengusaha sawit RI ke Rotterdam merupakan langkah yang strategis.  “Rotterdam termasuk pelabuhan besar di Eropa dan menjadi salah satu pintu masuk utama produk-produk Indonesia ke Eropa,” kata Ibnu.

Dia juga mengingatkan bahwa Belanda merupakan mitra dagang yang sangat strategis bagi Indonesia. “Pada 2014, Belanda merupakan negara investor keempat terbesar bagi Indonesia dan yang terbesar dari Eropa. Hingga tahun ini pun Belanda masih berstatus negara penanam modal terbesar asal Eropa di Indonesia,” kata Ibnu.

Pandangan Miring

Semester I, Bakrie Plantations Catat Penjualan Rp770 Miliar

Sementara itu, Menteri Saleh juga mengungkapkan bahwa pertemuan delegasi pengusaha RI dan Belanda di Rotterdam ini juga untuk meluruskan pandangan miring soal produksi minyak kelapa sawit asal Indonesia. 

"Forum ini, selain mempertemukan pengusaha dari dua negara, juga untuk menegaskan bahwa industri minyak kelapa sawit Indonesia sangat memperhatikan faktor sustainability [kesinambungan] dan mematuhi standar internasional ISPO yang diberlakukan secara ketat pada sektor hulu demi memperhatikan kesinambungan sektor industri minyak sawit," kata Menteri Husin.

Laba Anjlok, Astra Agro Lestari Tak Bagi Dividen

Dia menilai pandangan miring soal produksi minyak sawit Indonesia, terutama isu sustainability dan kesehatan semata-mata bermotifkan persaingan bisnis dari kompetitor. Saleh menilai bahwa pandangan seperti itu harus dihadapi dengan cara-cara konstruktif, seperti mengadakan diskusi intensif yang melibatkan berbagai pihak.

Kuasa Usaha KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo, mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat diadakan kajian akademis untuk membuktikan bahwa produksi minyak sawit Indonesia tetap mematuhi standar internasional. "Maka akan ada riset dari para cendekiawan soal mutu dan keberlangsungan produksi minyak sawit Indonesia. Riset ini bersifat independen dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Ibnu.

Delegasi yang dibawa Menteri Saleh ke Rotterdam ini terdiri dari para pejabat senior dari Kementerian Perindustrian RI, Kementerian Perdagangan RI, serta perwakilan dari Badan Minyak Sawit Indonesia, Asosiasi Industri Nasional (GIMNI, APROBI, APOLIN) dan perwakilan dari sejumlah perusahaan industri terkemuka RI, seperti Wilmar, Musim Mas dan Sinar Mas, serta perwakilan Greenpeace, demikian ungkap data dari Kementerian Perindustrian RI. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya