Turnbull Terpilih Jadi PM Australia, RI Ucapkan Selamat

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, dari Partai Liberal.
Sumber :
  • REUTERS/David Gray/Files
VIVA.co.id
Pelecehan Seksual Bayangi Anak Pengungsi di Australia
- Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema mengucapkan selamat bagi Malcolm Turnbull yang pagi tadi dilantik sebagai Perdana Menteri baru Negeri Kanguru. Turnbull terpilih sebagai pimpinan Partai Liberal dan PM usai dilakukan pemungutan suara secara internal pada Senin malam kemarin. 

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia
Hasilnya, Turnbull berhasil meraih 54 suara, sedangkan PM petahana Tony Abbott, didukung oleh 44 suara anggota partai. Dihubungi melalui telepon oleh VIVA.co.id pada Selasa, 15 September 2015, Nadjib mengaku pernah beberapa kali bertemu dengan Turnbull. Di matanya, mantan Menteri Komunikasi Australia itu sangat santun. 

Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
"Saya pernah berbincang-bincang beberapa kali dengan Malcolm, dia sangat santun, memiliki pengetahuan yang luas mengenai Asia dan Indonesia. Dari situ, bisa terlihat minatnya yang tinggi terhadap Asia," ujar mantan Dubes untuk Kerajaan Belgia dan Uni Eropa itu. 

Bahkan, dalam perbincangannya dulu, Turnbull, ujar Nadjib pernah mengatakan kagum dengan perkembangan Asia yang pesat. 

"Perkembangan Asia, khususnya Tiongkok, merupakan transformasi geopolitik terhebat di era sekarang," kata Nadjib menirukan kalimat yang pernah disampaikan Turnbull.

Adanya minat yang tinggi itu, Nadjib melanjutkan, merupakan modalitas yang baik untuk perjalanan bilateral kedua negara. Dari informasi yang dia miliki, Turnbull baru akan melantik kabinet baru pada pekan depan. 

Ketika ditanya mengenai kebijakan Turnbull terkait Indonesia, Nadjib mengaku belum mengetahuinya, sebab hingga saat ini dia belum bertemu Turnbull. Tetapi, Nadjib yakin, Turnbull memiliki pandangan khusus mengenai Indonesia sebagai tetangga terdekat Australia. 

"Yang pasti gaya kepemimpinan antara Tony Abbott dengan Malcolm Turnbull pasti berbeda. Cara kedua pemimpin itu berbicara juga berbeda. Tetapi, saya rasa tidak banyak yang akan berubah, karena Malcolm juga berasal dari Partai Liberal dan Julie Bishop ada di sana sebagai Wakil Ketua Partai," papar Nadjib. 

Dia pun yakin, hubungan Indonesia dengan Australia ke depan akan lebih erat mengingat fondasi yang kokoh berupa kemitraan komprehensif telah diteken oleh kedua pemimpin negara sebelumnya. 

Sebelumnya, ketika Negeri Kanguru dipimpin Abbott, hubungan kedua negara kerap kali mengalami ketegangan. Tak lama setelah Abbott dilantik sebagai PM, skandal penyadapan terhadap komunikasi Presiden SBY dan Ibu negara terkuak. 

Cara komunikasi Abbott yang tanpa basa basi dan tidak diplomatis, membuat hubungan kedua negara runyam. Saat itu, Abbott menolak meminta maaf kepada Presiden SBY. Kesal, SBY lalu sempat memanggil pulang Nadjib untuk berkonsultasi selama sembilan bulan.

Hubungan kedua negara baru kembali pulih setelah diteken kode etik mengenai penyadapan di Bali pada tahun 2014. Australia dan Indonesia kembali tegang ketika, Abbott memberlakukan kebijakan unilateral mendorong balik perahu ke perairan Indonesia. 

Situasi juga kembali runyam, ketika permohonan Australia untuk menghindarkan dua warganya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang terlibat kasus narkoba dari eksekusi mati ditolak. Giliran Abbott yang merasa kesal dan memanggil pulang Dubes Paul Grigson. Abbott ketika itu juga menghentikan sementara waktu komunikasi di tingkat Menteri.

Namun, sebelumnya, Abbott sudah membuat publik Aceh geram karena pernah mengungkit bantuan kemanusiaan tsunami yang pernah dikirim Australia bagi Aceh. Merasa tersinggung, publik Tanah Air, khususnya Aceh menggalang pengumpulan koin bagi Abbott yang diserahkan melalui Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya