Hentikan Perang Suriah Jadi Solusi Utama Eksodus Pengungsi

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y.Galuzin.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA.co.id - Pemerintah Rusia menegaskan solusi utama terhadap membanjirnya arus pengungsi dari Suriah ke Benua Eropa adalah dengan menghentikan perang di negara itu.

Jet Rusia Jatuhkan Bom di Suriah, 10 Warga Terluka

Perang tersebut telah berlangsung sejak tahun 2011 lalu dan mengakibatkan jutaan warganya mengungsi.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, menyerukan agar negara-negara barat justru tidak ikut campur dalam kisruh yang terjadi di Suriah.
Kisah Haru Atlet Olimpiade Nyaris Mati Menolong Pengungsi

Pada faktanya, justru banyak negara barat, terutama Amerika Serikat yang mendukung kelompok oposisi untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Negeri Paman Sam secara diam-diam mengirimkan senjata kepada kelompok oposisi. 
Jasad Militer Rusia Ditahan Militan Suriah

"Justru, negara-negara secara global, seharusnya saling membantu untuk menghentikan perang yang terjadi di Suriah," kata Galuzin. 

Jutaan warga Suriah terpaksa kabur dari negaranya, karena di sana kehidupan mereka tidak tenang, dikepung peperangan. Selain perang sipil, kini ditambah teror dari kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). 

Dalam kesempatan itu, Galuzin berharap Pemerintah negara-negara anggota Uni Eropa dan PBB bisa duduk bersama untuk menyelesaikan eksodus pengungsi dari Suriah ke Eropa. Salah satu caranya dengan mengatur UU mengenai pengungsi. 

"Eropa harus bisa membuat peraturan baru untuk para pengungsi sehingga akan lebih jelas bagaimana pengaturannya," kata diplomat yang pernah bertugas di Jepang itu. 

Pemerintah Rusia sendiri tidak akan mengusir pengungsi asal Suriah, selama mereka memiliki dokumen dan visa untuk menetap di Rusia.

"Jika mereka memiliki visa dan surat resmi, serta tidak memasuki negara kami secara ilegal, tentu kami akan membolehkan mereka masuk dan transit ke negara lain. Tetapi, sebelumnya harus dipastikan lebih dulu, jika mereka ingin menyebrang ke negara lain, maka harus dilengkapi dengan visa. Jika tidak, maka mereka tidak bisa menyeberang ke negara tersebut," kata Galuzin. 

Dalam kesempatan itu, Galuzin menjelaskan, Rusia selama ini tidak pernah dijadikan negara transit atau tujuan. Berdasarkan laporan, sebagian besar pengungsi memang ingin menuju ke Jerman atau Swedia. 

Rusia pun, kata Galuzin, sudah pernah menghadapi pengalaman serupa ketika eksodus pengungsi dari Ukraina tiba-tiba membanjiri Negeri Beruang Merah.

Total saat itu, Rusia menerima sekitar antara 800 ribu hingga 2 juta pengungsi. Warga Ukraina memilih kabur karena tidak ingin terjebak menjadi korban perang sipil antara pasukan pemerintah dengan kelompok pemberontak bersenjata. 

"Kami perlakukan pengungsi Ukraina sesuai dengan aturan yang ada. Kami selalu mencoba untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka," kata Galuzin. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya