Presenter TV Israel Berikan Komentar Berani Soal Palestina

Lucy Aharish
Sumber :
  • kfirziv.com

VIVA.co.id - Seorang presenter Israel yang masih keturunan Arab memberi statemen tentang konflik Palestina-Israel yang tak kunjung usai. Komentarnya yang tegas, netral, dan berani meluas menjadi viral.

Lucy Aharish, 34 tahun, adalah presenter di i24news. Ia di wawancara oleh Israel's Channel 2 pada Selasa, 13 Oktober 2015, tentang terus meningkatnya aksi kekerasan yang dilakukan oleh warga Palestina kepada Israel.

Namun komentar Lucy sungguh mengagetkan. Ia dengan tegas mengatakan Arab dan Yahudi saling  membunuh satu sama lain karena sudah lama mereka tak saling percaya. Aharish juga mengatakan kedua pihak sangat miskin inisiatif untuk menghentikan gelombang teror yang saat ini meningkat.

"Sudah lama, lama sekali kita melihat, Israel dan Palestina semakin hari semakin menjauh satu sama lain. Meski keduanya tinggal di tanah yang sama, namun pemikiran mereka, diplomasi, inisiatif dan keinginan menuju perdamaian kini semakin vakum."

"Ketika anda berhenti, maka anda menuju teror," kata Aharish meneruskan. "Ketika anda vakum, anda memberi ruang pada kelompok militan dari keduanya untuk meluaskan geraknya. Ketika tak ada lagi pemimpin yang memiliki tujuan dan memberikan arah, ketika anda tak memiliki ayah dan ibu yang berkata lantang, "hey, berhenti lakukan ini karena saya memintanya," maka itu terlihat seperti kita bersikap seperti anak-anak, dan kita juga bersikap seperti anak-anak teroris. Kita lakukan apa yang kita mau dan bagaimana yang kita mau, karena tak ada seorang pun yang akan menghentikannya."

Saat ditanya tentang tak ada keinginan dari kedua pihak untuk menghentikan kekerasan. Aharish menjawab, "seseorang harus melalukan sesuatu. Kediaman ini bisa ditujukan pada Amerika Serikat. Ini adalah hal yang tidak bisa mereka biarkan."

"Saat ini sangat berbeda. Banyak orang takut  pada Israel. Saya selalu berkata pada mereka, apa yang anda saksikan di TV sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi di jalan. Kita tidak sedang melukai atau membunuh seseorang, namun kini kita saling membunuh. Kita membunuh diri kita sendiri. Yahudi dan Arab. Kita kehilangan kontrol, dan AS tak melakukan apapun."

"Mungkin Amerika sudah menyerah pada kita, namun saya juga bisa mengatakan bahwa saat ini seluruh pemimpin, saya bicara pada anda sebagai seorang Israel, seorang Muslim, dan seorang Arab, sepertinya pemimpin kita sudah menyerah pada kita," katanya menegaskan.

Ketika diminta komentar, tentang apa yang memotivasi seorang anak Palestina yang baru berusia 13 tahun nekat menusuk Israel, jawaban Aharish mengejutkan. "Ketika orang-orang tak memiliki harapan, ketika mereka tak pergi ke sekolah, ketika sekolah mereka atau tetangga mereka memasang poster kekerasaan atau foto teroris sebagai pahlawan, inilah yang anda dapatkan."

"Ketika seorang anak berusia 13 tahun tak mendapatkan lahan bermain, bahkan hanya playstation  atau tak memiliki buku yang membuatnya tertarik dengan hal lain, ia akan mencari sendiri sesuatu untuk ia kagumi. Dan inilah yang akan terjadi ketika terjadi kevakuman. Untuk anak ini, dia tak memiliki seseorang untuk dikagumi dan dijadikan panutan."

Lucy sejak kecil sudah terbiasa melihat aksi kekerasan di Palestina dan Israel. Bahkan mobil keluarga yang ia tumpangi bersama kedua orangtuanya saat ia masih berusia enam tahun sempat terkena bom molotov ketika melintas di wilayah Palestina.

Dewan Keamanan PBB yang Gagal dalam Menjamin Perdamaian Dunia

Wawancara yang dilakukan televisi Israel terhadap Lucy Aharish ternyata mendapat perhatian luas. Jawaban-jawaban Lucy yang lugas dan cerdas membuat banyak orang kagum. Hanya satu jam setelah wawancara, video ini meluas dan dibagikan oleh 22.000 pengguna media sosial.

Ilustrasi Boikot Produk Israel. Sumber: Flickr.com

Antara Dukungan dan Keberlanjutan Ekonomi Lokal

Konflik di Gaza, mengundang respons dari berbagai masyarakat Indonesia dengan melakukan boikot terhadap produk yang terhubung dengan Israel.

img_title
VIVA.co.id
24 November 2023