Pakar AS: Pemadaman Kebakaran Hutan Harus Satu Komando

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/FB Anggoro
VIVA.co.id
Kebakaran di Portugal, Nasib WNI Terus Dipantau
-  Ahli manajemen kebakaran dari Amerika Serikat, Brad Sanders, mengatakan, untuk mengatasi kebakaran hutan yang telah menyebabkan bencana kabut asap seharusnya dilakukan terpadu, satu pintu dan satu komando. Pengkondisian satu pintu penting dalam penganganan krisis yang telah membawa korban jiwa ini.

Kebakaran Besar Melanda Portugal

“Semua yang terlibat dalam upaya pemadaman seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemda, TNI, LSM, Ormas dan dunia usaha harus bersatu, tidak boleh jalan sendiri-sendiri,” katanya dalam diskusi mengenai bagaimana memadamkan kebakaran hutan di Posko Satgas Artha Graha Peduli Tanggap Darurat Bencana Kabut Asap di Jakarta, Jumat 30 Oktober 2015
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?


Melalui rilis yang diterima
VIVA.co.id,
Jumat, 30 Oktober 2015,  Sanders, yang punya pengalaman memadamkan kebakaran lahan di Amerika Serikat itu, semua pihak harus fokus bahu-membahu memadamkan api. Namun tetap harus terpadu dengan strategi penanganan yang menyeluruh dan tidak terkotak-kotak.


Sekarang ini, katanya, dunia internasional memantau dengan seksama upaya pemadaman kebakaran hutan di Indonesia dan pemerintah-pemerintah negara sahabat berkomitmen untuk membantu supaya bencana asap bisa segera diatasi dan tidak menimbulkan korban lebih banyak lagi.


“Bantuan-bantuan internasional itu harus melalui satu pintu dan direspon dengan cepat,” ujarnya.


Sanders mengapresiasi aksi-aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh AGP dan berbagai pihak. Namun, menurutnya, operasi kemanusiaan saja tidak cukup, karena yang paling penting api kebakaran hutannya dipadamkan.


“Operasi kemanusiaan penting, tapi pada saat yang sama apinya harus dipadamkan,” katanya  menjelaskan.


Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa mengakui bahwa jumlah korban jiwa dalam musibah kabut asap yang menyelimuti Indonesia telah meningkat menjadi 19 orang.  Lima korban berasal dari Sumatera Selatan, lima dari Kalimantan Tengah, lima orang dari Jambi, tiga dari Kalimantan Selatan dan satu orang dari Riau.


Diperkirakan sebanyak setengah juta orang telah menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sejak pertama kali munculnya kebakaran hutan pada bulan Juli lalu. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya