- KBRI Beograd
VIVA.co.id - Patriach Irinej, pimpinan tertinggi gereja Ortodox Serbia, mengakui terjadinya peningkatan kelompok Atheis di kalangan generasi muda Eropa.
Ia mengaku kagum terhadap Indonesia dan Pancasila yang menghargai kebebasan beragama. Percaya pada Tuhan, namun tidak menjadi negara berdasarkan hukum agama.
Kekaguman tersebut disampaikan Patriach Irinej saat bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri RI, A. M. Fachir di Pertemuan Lintas Agama ke III, di Beograd, Serbia, pada Selasa, 10 November 2015.
Pertemuan ini menghadirkan para pemuka agama dan tokoh pemuda kedua negara dengan latar belakang yang berbeda, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Orthodox serta Hindu.
Menurut Patriach Irinej, Indonesia dan Serbia memiliki kesamaan pandangan bahwa dialog dapat memberikan dua manfaat besar. Manfaat itu yakni, mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda tentang arti penting keharmonisan, toleransi serta kesatuan dan mengajak bangsa-bangsa untuk turut mendukung dan mempromosikan serta mewujudkan perdamaian dunia.
"Indonesia menjunjung tinggi nilai Pancasila, sehingga isu sensitivitas agama dapat dikatakan bersifat kecil karena terdapatnya nilai toleransi, kekeluargaan, dan kesatuan. Kebebasan berekspresi bersifat tidak absolut dan ketidaktoleransian terhadap sesama adalah asing di bangsa kami," kata Wamenlu Fachir, seperti disampaikan melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Rabu, 11 November 2015.
Kunjungan Wamenlu RI diakui Patriach Irinej sebagai sejarah besar yang akan selalu dicatat oleh komuitas Orthodox Serbia sebagai langkah mempererat pertalian persaudaraan dan upaya menjalin kerjasama yang lebih konstruktif dan konkret. Terutama di bidang dialog lintas agama dan pembinaan kerukunan umat beragama di dunia. (ase)
Pembelian Pertama Klopp Hanya Butuh Dana Rp104 Miliar
Pemain ini jadi bagian Timnas Serbia kala memenangi Piala Dunia U-20.
