Obama Kritik Trump yang Ingin Paksa Imigran Pulang

Donald Trump, capres unggulan Partai Republik
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson
VIVA.co.id
Menkumham: Indonesia Kewalahan Hadapi Imigran
- Kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, menawarkan ide kontroversial: membuat program deportasi untuk memaksa pulang para imigran. Mendengar hal ini, Presiden Barrack Obama mengatakan usulan itu sangat tidak realistis.

50 Ahli Keamanan AS Tolak Pilih Trump

Menurut Obama, Trump tidak berpikir logis dan memikirkan dampak serta biayanya. Dia bahkan bertanya darimana pria beruban itu bisa mendapatkan ide aneh seperti ini. Padahal imigran di negara ini berjumlah sekitar 11,12 juta orang.
Hollande Sebut Trump Memuakkan


"Gagasan bahwa kita akan mendeportasi 11,12 juta orang dari negara ini, pertama-tama, saya tidak tahu darimana Tuan Trump bisa mendapatkan uang untuk biaya pemulangan tersebut. Rencana itu memerlukan ratusan miliar dolar," kata Obama dalam sebuah wawancara di Gedung Putih, yang dilansir
ABC News
, Jumat 13 November 2015.


Hal lainnya yang harus diperhatikan, kata Obama, adalah dari sisi kemanusiaan. Saat pemaksaan deportasi terjadi, negara dipastikan akan memisahkan orang tua dari anak-anak mereka dan menempatkannya di tahanan, kemudian baru mengirimkannya ke luar.


"Tidak ada yang berpikir bahwa ide ini realistis tapi yang lebih penting adalah, hal itu tidak menunjukkan diri kita sebagai orang Amerika," kata Obama.


Obama beranggapan, banyak orang yang mendukung ide Trump itu karena masih banyak orang Amerika yang anti-imigran.


Pejabat nomor satu di Amerika itu menyampaikan, para pemimpin memiliki tugas untuk menghapus pemikrian tersebut. Ia tidak ingin seorang Presiden atau orang lainnya di pemerintahan memiliki ide atau melakukan hal yang bisa membuat banyak orang ketakutan.


Sebelumnya, bakal calon Presiden, Donald Trump mengajukan proposal untuk memulangkan sekitar 11 juta imigran yang tidak terdaftar dengan cara pemaksaan.


"Anda akan dipulangkan secara paksa dan anda harus menerimanya," kata Trump. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya