Di APEC, JK Sebut Angin Jadi Penyebab Kabut Asap Meluas

Wakil Presiden Jusuf Kalla
Sumber :
  • REUTERS/Aaron Favila/Pool
VIVA.co.id
Pameran Mobil Terbesar Asia Tenggara GIIAS 2016 Resmi Dibuka
- Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pada Rabu kemarin, 18 November 2015, menyebut angin sebagai penyebab kabut asap yang bersumber dari kebakaran hutan menyebar ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina. Hal tersebut, menurut JK, berada di luar kendali Indonesia. 

Wapres Kalla Resmikan Pembukaan GIIAS 2016
Harian Singapura, The Straits Times, Rabu, 18 November 2015, melansir dalam kesempatan itu JK turut meminta maaf kepada Malaysia dan Singapura yang terpaksa harus menjadi korban akibat kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun. 

Wapres: Elektrifikasi RI Terendah di ASEAN
"Saya minta maaf kepada Malaysia dan Singapura untuk mengatakan bahwa kami tidak dapat mengendalikan angin. Kami tidak ingin kabut asap untuk menyebar ke mana pun. (Hal itu terjadi) bukan karena kami menginginkannya berdampak ke negara tetangga, tetapi karena angin," ujar JK yang memicu tawa dari publik yang menyaksikan pidato tersebut. 

JK berbicara mengenai isu asap ketika masuk ke dalam sesi tanya jawab. Di forum itu, dia ditanya mengenai tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia dalam mengatasi kabut asap setiap tahun yang dilakukan oleh para petani. Mereka menebang dan membakar lahan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. 

Namun, dalam bencana kebakaran hutan tahun ini, kabut asapnya sudah menyebar hingga ke Filipina dan bagian selatan Thailand. Selama beberapa bulan, negara tetangga di kawasan Asia Tenggara terpaksa harus hidup dengan diselimuti kabut asap sehingga menyebabkan isu kesehatan, penutupan sekolah dan beberapa jadwal penerbangan yang dibatalkan. 

JK mengakui kabut asap sebagai permasalahan besar yang telah mempengaruhi kawasan. Dia menyebut Pemerintah Indonesia telah berupaya keras untuk memulihkan kembali hutan yang semakin menggundul akibat penebangan. 

Dia mengatakan di tahun 1950an, Indonesia memiliki luas hutan mencapai 150 juta hektar. Tetapi, di tahun 1970an, satu per tiga dari area lahan itu rusak akibat banyaknya perusahaan asing yang mengajarkan cara menebang pohon untuk industri perkayuan. Oleh sebab itu, lahan menjadi lebih kering dan kebakaran dengan mudah terjadi. 

Situasi itu diperburuk, kata JK, karena adanya cuaca El Nino yang membawa musim kemarau dalam jangka waktu yang lama. Maka, di forum APEC, JK meminta adanya kerja sama internasional, sebab lahan hutan tropis Indonesia juga menjadi paru-paru dunia.

"Ini lahan kita bersama, bukan hanya milik Indonesia, tetapi lahan milik dunia," kata JK. 

Dia menegaskan untuk mengatasi isu kebakaran hutan, Indonesia tidak bisa bekerja seorang diri. JK turut mengucapkan terima kasih kepada beberapa negara seperti Australia, Rusia dan Singapura yang telah mengirimkan pesawat untuk membantu memadamkan kebakaran hutan tahun ini. Tetapi, dia memprediksi situasi serupa juga akan terjadi pada tahun depan. 

JK berharap, jika kebakaran hutan kembali terjadi tahun depan, situasinya tidak serius seperti tahun ini. 

Dalam kesempatan itu, JK seolah menyindir negara tetangga yang kerap protes kepada Indonesia saat dikirimi kabut asap. Sebab, selama 10 bulan, negara tetangga tidak berterima kasih kepada Indonesia karena telah memberikan udara dan cuaca yang baik. 

"Setiap tahun kami memberikan 10 bulan dengan cuaca yang baik kepada negara tetangga. Kalian menikmati udara bersih itu, kami tidak meminta Anda untuk membayarnya. Tetapi, jika ada permasalahan, maka permasalahan itu juga menjadi isu bagi kawasan," kata JK. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya