Teror di Paris, Eropa Perlu Belajar dari Indonesia

Bendera Uni Eropa setengah tiang di Brussels, Belgia, beberapa waktu silam.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Renne Kawilarang
VIVA.co.id
Makedonia Diterjang Banjir Bandang, 21 Orang Tewas
- Serangan teror di Paris pekan lalu sudah pasti membawa perubahan pola hubungan antara Uni Eropa dengan para mitranya, termasuk Indonesia. Bahkan UE bisa memetik pengalaman Indonesia dalam memerangi terorisme dan menghadapi ekstremisme.

Partai Buruh Ingin Inggris Tetap Gabung Uni Eropa

Demikian menurut anggota Parlemen Uni Eropa, perhimpunan yang beranggotakan 28 negara di "Benua Biru." Mereka bertukar pikiran kepada
Ini yang Diakui Dunia Barat soal Indonesia
VIVA.co.id , yang termasuk delegasi jurnalis ASEAN dan Hong Kong dalam pertemuan yang berlangsung di gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu waktu setempat.


Bagi Ana Gomes, anggota Parlemen Eropa asal Portugal, sudah pasti serangan teror di Prancis turut membawa perubahan bagi Uni Eropa dalam menjalankan hubungan dengan para mitra di penjuru dunia. "Namun perubahan hubungan diarahkan kepada arah yang lebih konstruktif, jangan sampai ke arah yang memperburuk suasana dan menambah ketegangan," kata Gomes, anggota Partai Socialista Portugal yang bergabung ke Aliansi Progresif Sosialis dan Demokrat di Parlemen Eropa.


Selain penguatan kerjasama antar-intelijen dalam membongkar jaringan teroris, Gomes juga menyarankan Uni Eropa harus lebih sering berdialog dan bekerjasama dengan mitra-mitra strategis, termasuk dengan Indonesia - negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia yang cinta damai dan toleran.


Kerjasama ini penting demi mencegah penyebaran stigmatisasi yang mengaitkan umat Muslim atau Islam secara keseluruhan dengan pelaku serangan teror di Paris. "Indonesia berpengalaman dalam memerangi terorisme dan menghadapi ekstremisme. Ini yang seharusnya patut diperhitungkan Uni Eropa dengan lebih giat lagi menggandeng mitra strategis seperti Indonesia untuk meningkatkan kerjasama," kata Gomes, yang pernah menjadi Duta Besar Portugal untuk Indonesia selama 1999-2002.


Sementara itu, anggota Parlemen Eropa dari Belanda, Jeroen Lenaers, menilai bahwa akar masalah terorisme selama ini bukan pada karena faktor ajaran agama atau keyakinan melainkan salah satu penyebabnya adalah terabaikannya sebagian masyarakat dalam mendapatkan hak dan kesempatan yang sama.


"Di Belanda terdapat generasi ketiga dari kaum imigran maupun umat Muslim yang selama ini tidak mendapat kesempatan yang setara dengan masyarakat pada umumnya, termasuk dalam mendapatkan pekerjaan atau penghidupan yang layak," kata Lenaers.


"Sudah saatnya pemerintah dan masyarakat setempat mendorong integrasi secara penuh dan perlakuan yang setara kepada warganya tanpa mendiskriminasi berdasarkan golongan tertentu," kata Lenaers, politisi dari Partai Christen Democratisch Appel.    


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya