Australia Tak Perlu Kerahkan Militer Lawan ISIS

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull.
Sumber :
  • REUTERS/David Gray

VIVA.co.id - Eropa dan Amerika tengah berjuang mengatasi teror kelompok Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS). Namun Australia tak terlalu tertarik mengikuti langkah mereka.

Australia Siapkan Program 5.000 Doktor untuk Indonesia

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, mengatakan ISIS adalah kelompok yang lemah dan Australia tidak berencana untuk mengirim pasukan bersenjata untuk melawannya.

Dilansir dari BBC, Selasa 24 November 2015, pernyataan Turnbull bertentangan dengan pernyataan yang dibuat Perdana Menteri sebelumnya, Tony Abbott yang menggambarkan ISIS sebagai sebuah kelompok pemberontak yang mengancam keamanan.

Diinformasikan bahwa Turnbull memperingati DPR Australia untuk tidak terpengaruh oleh ISIS yang melakukan teror dan ancaman propaganda melalui jaringan internet.

"Ideologi yang diterapkan ISIS itu kuno, tapi penggunaan internet sebagai jalur propaganda adalah sesuatu yang modern. ISIS memiliki lebih banyak ponsel canggih daripada senjata dan memiliki lebih banyak akun Twitter daripada anggotanya," kata Turnbull.

Pernyataan tersebut dikeluarkannya sebagai bagian dari pernyataan keamanan nasional parlemen Australia. Ia mengatakan, pemerintah Irak percaya bahwa jumlah pasukan militer negara Barat di negaranya itu malah tidak akan produktif.

"Konsensus para pemimpin negara di dunia juga tidak berniat untuk melakukan invasi besar-bsaran di Suriah. Penyebaran pasukan tempur Australia baik di Irak atau Suriah akan menjadi tidak layak atau praktis," ucap Turnbull.

Saat ini terdapat sekitar 90 orang pasukan khusus Australia yang bertugas di Irak dan sekitar 300 anggota pelatihan prajurit tentara nasional Irak. Australia juga memiliki enam pemboman pesawat terhadap ISIS di Suriah dan Irak sebagai bagian dari koalisi pimpinan AS. (ren)

Indonesia Ajarkan Australia Cara Tangani Terorisme
Ilustrasi kekerasan seksual.

Pelecehan Seksual Bayangi Anak Pengungsi di Australia

Pihak penjaga, juga orang tak dikenal menjadi pelaku utama.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016