Tiga Pilot Perempuan Brunei Terbangkan Pesawat ke Arab Saudi

Kru dan pilot perempuan Royal Brunei Airlines, mendaratkan pesawat mereka di Saudi.
Sumber :
  • Mirror.co.uk

VIVA.co.id – Tiga pilot perempuan dari maskapai penerbangan Royal Brunei Airlines telah membuat sejarah dengan menerbangkan pesawat berawak perempuan, dengan perjalanan pertama mereka dari Brunei ke Jeddah, Arab Saudi.

Anggota DPR Haerul Amri Meninggal Dunia saat Kunjungan Kerja

Uniknya, Arab Saudi merupakan salah satu negara di mana perempuan tidak diizinkan untuk mengemudi. Para pilot perempuan tersebut menerbangkan Boeing 787 Dreamliner, bertepatan dengan perayaan kemerdekaan Brunei, 24 Februari lalu.

Untuk merayakan hari kemerdekaan tersebut, Kapten senior Sharifah Czarena Surainy, Senior Officer Dk Nadiah Pg Khashiem dan Senior Oficer Suriana Nordin melakukan penerbangan ke negara Timur Tengah pada 23 Februari. Kesempatan untuk menerbangkan pesawat tersebut datang tiga tahun setelah Kapten Sharifa Czarena menjadi kapten wanita pertama dari flag carrier di Asia Tenggara.

Yamaha Maxi dan Classy Jadi Tulang Punggung Penjualan di Yogyakarta

Dilansir dari BBC, Rabu, 16 Maret 2016, dia mengatakan bahwa menjadi pilot, pada umumnya didominasi sebagai pekerjaan laki-laki.

"Sebagai seorang perempuan berkebangsaan Brunei, ini adalah suatu prestasi besar. Hal ini menunjukkan kepada generasi muda, terutama anak-anak bahwa apapun yang mereka impikan, pasti dapat dicapai," kata Kapten, yang menyelesaikan pendidikan pilotnya di Flying School Cabair di Cranfield, Inggris.

Kendalikan Inflasi, Kemendagri Harap Pemda Susun Perencanaan Gerakan Menanam dengan Baik

Maskapai Royal Brunei Airlines berkomitmen untuk menarik lebih banyak perempuan ke dalam industri penerbangan, seperti saat ini yang menawarkan program magang untuk laki-laki dan perempuan. Namun maskapai tersebut juga menyoroti pembatasan di Arab Saudi yang membatasi perempuan untuk berkendara sendiri.

Meskipun tidak ada hukum yang melarang perempuan untuk mengemudi, namun hal tersebut telah diberlakukan sejak dulu oleh para ulama konservartif. Para perempuan di Arab Saudi pun telah meluncurkan serangkaian kampanye, termasuk di media sosial, untuk menuntut pengurangan pembatasan tersebut.

Laporan : Dinia Adrianjara

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya