Menakar 'Bahan' Debat Capres Trump dan Hillary

Amerika Serikat akan memilih pemimpin baru untuk menggantikan Barack Obama yang telah memimpin AS selama 8 tahun.
Sumber :
  • REUTERS/Jim Young

VIVA.co.id – Amerika Serikat akan menggelar debat calon presiden ketiga atau terakhir pada, Rabu malam, 19 Oktober, waktu setempat atau Kamis pagi, 20 Oktober 2016, waktu Indonesia.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Donald John Trump dan Hillar Rodham Clinton diperkirakan bakal jor-joran demi menggaet pundi-pundi suara rakyat yang puncaknya pada 8 November mendatang.

Dalam dua debat sebelumnya, kedua kandidat cenderung membahas persoalan pribadi masing-masing. Terlebih, skandal peretasan surat elektronik (email) dan pelecehan terhadap kaum hawa, seakan menjadi makanan empuk bahan perdebatan.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

Namun, bagaimana dengan debat yang akan dilaksanakan di University of Nevada, Las Vegas? Pakar Hubungan Internasional Nathanael Gratias Sumaktoyo, memprediksi perdebatan masih menyinggung masalah pribadi.

Menurutnya, isu skandal masih menjadi isu seksi kedua kandidat untuk diangkat ke publik. Ia juga melihat kalau Trump akan menyerang habis-habisan Hillary dengan mengangkat sejumlah masalah.

5 Fakta Tewasnya Jenderal Qassem Soleimani, Iran Akan Balas Dendam?

"Saya melihatnya makin ke personal, dan perdebatan masalah program kerja makin jauh. Trump akan gencar mengungkit kecurangan pemilu dan menuding Hillary bakal menang. Selain itu, kasus bocornya email oleh WikiLeaks serta kasus selingkuh Bill Clinton, juga bakal dibahas," kata dia kepada VIVA.co.id, Rabu, 19 Oktober 2016.

Kendati demikian, ia menilai Hillary tidak akan terpengaruh dengan pancingan Trump. Mantan Menteri Luar Negeri AS itu justru akan lebih bicara soal kebijakan-kebijakan yang lebih ‘memihak’ rakyat Amerika bila dirinya terpilih.

Kandidat Doktor Politik Amerika dari Universitas Notre Dame, ini mengungkapkan bila kebijakan pemerintahan Barack Obama selama ini dinilai sudah berjalan baik.

Retorika belaka

Namun, lanjut dia, Hillary tidak akan mengadopsi total semua kebijakan Presiden AS ke-44 tersebut.

Debat Kedua Capres Amerika Serikat

‘Pertarungan’ pendukung Trump dan Hillary (Reuters.com).

"Harus diakui kalau kebijakan Obama lebih pro-rakyat miskin AS. Contohnya saja Obamacare. Tapi memang harus ada yang diubah, seperti premi asuransi yang mahal. Nah, Hillary akan tetap melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya, namun dengan 'gayanya' dia," ungkap Nathanael.

Sementara itu, peraih Doktor Filsafat UI, Hizkia Yosie Polimpung, menambahkan bila kedua kandidat akan lebih bermain di retorika belaka.

Sebab, debat terakhir ini sudah tidak akan membahas soal kebijakan, melainkan bagaimana caranya meraih suara dukungan sebanyak-banyaknya.

"Trennya meyakinkan konstituen agar memilih mereka. Hillary berusaha keras merangkul pendukung Bernie Sanders agar merapat, sedangkan Trump menyasar kalangan kelas menengah dengan jargon 'make America great again'," ujar Hizkia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya