Nasib PSK di Rumah Bordil Berumur 200 Tahun di Bangladesh

Kemiskinan yang menjerat di Bangladesh/Ilustrasi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bangladesh merupakan salah satu dari beberapa negara Muslim di dunia yang melegalkan prostitusi. Lokalisasi Kandapara di Distrik Tangail, adalah salah satu yang tertua dan terbesar kedua di negara itu. Namun, pekerja seks usia anak menjadi korban pemerasan mucikari di sana.

Demo Berujung Kekerasan, Pemerintah Bangladesh Matikan Internet

Dilansir Independent, Selasa 1 November 2016, rumah bordil tersebut telah ada bahkan sejak 200 tahun yang lalu. Lokalisasi ini sempat dibongkar pada tahun 2014, namun tempat prostitusi ini dibangun kembali dengan bantuan LSM lokal. Banyak perempuan lahir dan dibesarkan di sana. LSM beralasan, mereka tak tahu harus kemana selain tinggal dan bekerja di situ.

Para pendukung lokalisasi menganggap, pekerja seks adalah suatu pekerjaan yang legal dan lumrah. Banyak perempuan pekerja yang memperjuangkan hak-hak mereka sebagai pekerja. Akhir 2014 lalu, Bangladesh National Women Lawyers Association meyakinkan Pengadilan Tinggi bahwa penggusuran lokalisasi seks merupakan suatu tindak ilegal.

Imigrasi Soetta Tahan Ulama Bangladesh Penyebar Agama

Hari ini, distrik bordil tersebut dikelilingi dinding dan memiliki "peraturan" tersendiri. Hierarki kekuasaan pun sama sekali berbeda dengan arus masyarakat pada umumnya. Tahapan yang paling rentan adalah ketika seorang pekerja seks muda memasuki rumah bordil. Ia akan disebut sebagai seorang gadis terikat. Gadis terikat biasanya berusia 12 sampai 14 tahun.

Gadis-gadis ini biasanya berasal dari keluarga miskin dan seringkali menjadi korban perdagangan manusia. Mereka tidak memiliki kebebasan dan hak. Mereka sepenuhnya milik sang muncikari, terikat hutang, tidak diizinkan pergi ke luar ataupun memiliki uang.

Mendarat di Bandara Kathmandu, Pesawat Bangladesh Tabrakan

Ketika mereka telah membayar semua hutang mereka, yang diperkirakan membutuhkan waktu hingga lima tahun, mereka akan berstatus sebagai pekerja seks indpenden dan dapat menolak pelanggan mereka. Selain itu saat hutang telah lunas, pekerja seks dapat meninggalkan rumah bordil.

Namun tantangan yang dihadapi adalah stigma sosial dan tekanan yang acap kali menolak mereka. Hal ini memicu pekerja seks untuk tetap bekerja sebagai PSK dan akhirnya terus menghidupi keluarga dengan uang dari hasil pekerjaan mereka di rumah bordil tersebut.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya