Ekuador Rusuh Usai Pemilihan Presiden

Warga Ekuador terus melakukan aksi menolak hasil pilpres.
Sumber :
  • REUTERS/Mariana Bazo

VIVA.co.id – Bentrokan pecah di Ekuador, setelah pemilihan presiden dilakukan. Pihak yang kalah, tidak menerima hasil penghitungan suara sementara. Ia memerintahkan pendukungnya untuk turun ke jalan dan menolak hasil pemilu.

Pameran Produk UMKM RI di Ekuador Diserbu Pengunjung

Penghitungan hasil akhir perolehan suara dari pemilu Ekuador yang digelar pada Minggu 2 April 2017 belum usai. Tapi bentrokan, karena menolak hasil pemilu sudah terjadi.

Diberitakan BBC, Senin 3 April 2017, pemilihan presiden di Ekuador berubah menjadi kerusuhan, setelah salah satu kandidat merasa dicurangi dan menganggap hasil penghitungan suara sementara tidak sah. Angka perhitungan suara yang menempatkan kandidat dari partai petahana berhasil memimpin suara memiliki selisih sangat tipis.

Kisah Perempuan Muslim Amerika Latin Jadi Pilot Tempur

Menurut laporan Dewan Pemilihan Nasional, calon dari partai berkuasa PAIS Alliance, Lenin Moreno, memenangi pemilu dengan lebih dari 51 persen suara. Sementara itu, Guillermo Lasso dari aliansi oposisi Creo-Suma mengantongi kurang dari 49 persen suara. Sebanyak 90 persen surat suara telah diproses oleh DPN, masih ada enam persen distrik yang masih dihitung perolehan suaranya.

Tetapi, hasil tersebut ditentang oleh kandidat lainnya, Guillermo Lasso, yang sebelumnya sudah lebih dulu merayakan kemenangan, karena hasil jajak pendapat menunjukkan ia meraih suara terbanyak.

Ekuador Ajak Bandung Jadi Sister City

Lasso menolak penghitungan sementara tersebut, dan meminta dilakukan penghitungan suara ulang. Ia juga meminta pendukungnya turun ke jalan.

Dia juga menuduh, penyelenggara pemilu telah melakukan kecurangan hingga suara pendukung Moreno menjadi lebih banyak dibanding suaranya. Melalui serangkaian cuitannya di Twitter, ia berkata kepada pendukungnya, untuk secara damai mempertahankan suara mereka, dan ia akan melakukan hal terbaik untuk rakyatnya.

Presiden Ekuador yang berkuasa saat ini, Rafael Correa mengatakan, bentrokan terjadi di Ekuador usai negara tersebut menggelar pemilihan presiden, Minggu 2 April 2017.  "Sangat buruk! Kekerasan menyebar di Quito, Esmeraldas, Ibarra dan Azogues. Mereka (oposisi) mencoba untuk merebut apa yang tidak dapat mereka capai selama pemilu, melalui kekerasan,” ujar Correa melalui akun Twitter miliknya, sebagaimana dikutip dari Sputnik, Senin 3 April 2017.

Menurut pemberitaan TVC, bentrokan antara pendukung oposisi Ekuador dan polisi meletus di dekat gedung Dewan Pemilihan Nasional di Quito. Belum ada kejelasan apakah ada korban jiwa atau luka-luka akibat kekerasan yang terjadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya