Direktur FBI Diduga Dipecat karena Selidiki Soal Rusia

Mantan Direktur FBI yang dipecat Trump, James Comey.
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque

VIVA.co.id – Sebuah sumber di Senat Amerika Serikat, menduga pemecatan Direktur FBI, James Comey, kemungkinan terkait dengan penyelidikannya soal keterlibatan Rusia dalam pilpres AS.

Trump Minta Eks Kepala FBI Jangan Bocor ke Media

Sumber yang juga anggota Kongres itu mengatakan, beberapa hari sebelum dipecat, Comey sempat menyampaikan permintaan pada anggota Parlemen, agar menyediakan sumber daya tambahan, terutama staf, untuk kepentingan penyelidikan Rusia.

Diberitakan oleh BBC, 11 Mei 2017, Comey memberitahu anggota Parlemen tentang permintaannya, setelah Komite Intelijen Senat, yang melakukan penyelidikan sendiri, telah meminta FBI untuk mempercepat penyelidikan soal Rusia.

Trump, FBI dan Pemakzulan

Anggota Parlemen dari Partai Demokrat, Dianne Feinstein, yang juga anggota Komite Kehakiman Senat, mengatakan pada wartawan bahwa ia tahu dan mengerti keinginan Comey mencari lebih banyak sumber untuk penyelidikan FBI.

Sementara itu, Presiden Trump membantah tuduhan itu. Ia, yang pada Rabu 10 Mei 2017, melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia di Gedung Putih, mengecam para kritikusnya.

Tujuh Fakta Menarik tentang FBI

Trump juga menyebut Partai Demokrat sebagai "orang munafik palsu." Ia juga terus melakukan pembelaan atas keputusannya memecat Comey yang telah memegang jabatan itu sejak tahun 2013.

James Comey diangkat menjadi Direktur FBI pada masa pemerintahan Obama. Ia dipecat oleh Presiden AS Donald Trump pada Selasa 9 Mei 2017. Kepada stafnya, Comey menyampaikan sebuah surat perpisahan.

Melalui surat itu, ia mengatakan, sudah sejak lama dia percaya bahwa seorang presiden bisa memecat Direktur FBI dengan alasan apapun, bahkan tanpa alasan apapun.

Sementara itu, juru bicara Departemen Kehakiman, Ian Prior membantah pemecatan Comey terkait dengan permintaannya untuk mendapatkan tambahan kekuatan untuk menyelidiki keterlibatan Rusia. "Benar-benar salah," ujar Ian seperti dikutip dari BBC.

Bulan Januari lalu, Badan Intelijen AS menyimpulkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan upaya untuk mengganggu Pilpres 2016, yang mencakup peretasan pada email Partai Demokrat dan membocorkannya. Upaya itu dilakukan untuk membantu Trump. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya