Hidup Menyedihkan si Raksasa Hutan

Atraksi para gajah di sebuah resor tepi sungai di Bangkok, Thailand.
Sumber :
  • REUTERS/Jorge Silva

VIVA.co.id – Atraksi menunggangi gajah selalu menjadi penampilan populer bagi para wisatawan. Semua bergembira dan bersukacita ketika mereka bisa menduduki punggung si raksasa hutan tersebut.

Berbekal panduan sang pawang dan gancu yang dihujamkan ke kepala gajah. Mamalia bertubuh besar ini pun bersedia menunduk dan mengangkut para turis yang hendak berkeliling.

Namun siapa kira, di luar keceriaan itu. Gajah, mahkluk darat terbesar ini rupanya menderita. Beban kerja mereka untuk setiap atraksi menghibur kerap tak sepadan dengan 'hak' mereka untuk makanan yang layak, tempat istirahat yang nyaman dan bebas dari penyiksaan sang pawang.

Seekor gajah dirantai di Kebun Binatang Surabaya.

FOTO: Ilustrasi/Seekor gajah yang dirantai di dalam sebuah kebun binatang

Nasib memprihatinkan raksasa hutan inilah yang diumumkan oleh World Animal Protection di London, Inggris pada Juli 2017. Dalam riset mereka untuk seluruh negara di Asia yang kerap menggunakan gajah sebagai hiburan, 77 persen diantaranya memperlakukan gajah dengan cara memprihatinkan.

Di Thailand salah satunya. Dengan jumlah wisatawan yang mengalami peningkatan hingga 30 persen pada tahun 2016, ternyata ikut memicu penggunaan gajah untuk wisata.

Libur Lebaran, Wisata ke Candi Banyak Diminati

Orangutan Sumatera hingga Harimau Jawa Terancam Punah di 2050

FOTO: Atraksi gajah di Indonesia

Namun sayangnya, ribuan gajah yang dipergunakan penyedia jasa selalu disiksa. "Di tempat wisata mereka dirantai siang dan malam dengan rantai berukuran sekurangnya tiga meter," tulis laporan World Animal Protection dikutip Kamis, 31 Agustus 2017.

Hal Ini Buat Alshad Ahmad Trending Topik dan Ditentang Warganet

Para gajah ini bahkan diberikan makanan yang buruk, beberapa kadang harus diet, lalu dikandangkan di lantai beton yang dekat dengan masyarakat dalam kondisi bising.

Serunya Pertandingan Polo Gajah

Dua Gajah Liar Mati Mengenaskan di Kawasan Gunung Leuser

FOTO: Biksu berdoa sebelum dimulainya pertandingan selama Polo Tournament Piala Gajah Raja tahunan di Bangkok Thailand (9/3/2017)/REUTERS/Jorge Silva

"Kami ingin para wisatawan tahu bahwa banyak gajah ini diambil paksa dari ibu mereka sebagai bayi yang dipaksa bertahan," ujar Jan Schmidt Burbach, peneiliti World Animal Protection.

Atas itu, hasil riset ini memberikan imbauan kepada para wisatawan untuk memahami kondisi penderitaan para gajah tersebut. Kebahagiaan atau keceriaan mereka tak selayaknya didapatkan dari para gajah yang tersiksa.

"Tempat terbaik untuk melihat seekor gajah adalah di alam liar atau tempat perlindungan gajah asli," tulis riset tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya