21-12-1988: Pesawat Pan Am Meledak, Ulah Intelijen Libya

Pesawat Pan Am jatuh di Lockerbie, Skotlandia, setelah dibom pada 21 Desember 1988.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA – Pada 29 tahun silam, pesawat Pan Am milik Amerika Serikat meledak saat berada di udara. Insiden yang menewaskan 243 penumpang dan 16 kru pesawat itu terjadi saat Pan Am berangkat dari London menuju New York.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Tak hanya menewaskan penumpang dan kru, ledakan pesawat yang lalu jatuh itu juga menyebabkan 11 orang penduduk di area Lockerbie, Skotlandia meregang nyawa.

Ternyata bom diletakkan di dalam pemutar kaset yang detonatornya bisa dipicu di area kargo pesawat, sebagaimana dikutip dari laman History. Pesawat maut itu meledak pada saat berada di ketinggian 31 ribu Kaki.

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Ledakan bom yang disebut sebagai aksi terorisme ini menjadi kasus kejahatan terbesar yang diinvestigasi Kepolisian Inggris. Diduga ledakan itu memang menargetkan AS karena 198 korban tak lain adalah warga negara Amerika.

Pada saat itu teroris dari negara Islam dituduh memasang bom pada saat pesawat berada di bandara Frankfurt, Jerman. Awalnya otoritas menduga bahwa serangan tersebut adalah andil militer negara lain sebagai balas dendam atas serangan udara AS ke Libya yang diketahui menewaskan putri bungsu pemimpin Libya Muammar al-Qaddafi.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

Dugaan lainnya adalah bahwa aksi tersebut adalah balas dendam atas insiden tahun 1988, saat pihak AS
disebutkan secara tak sengaja menembak pesawat domestik Iran, Persian Gulf yang membunuh 290 orang.

Namun kemudian terungkap bahwa pelaku adalah agen intelijen Libya bernama Abdel Basset Ali al-Megrahi dan Lamen Khalifa Fhimah. Hal itu terungkap melalui penyelidikan yang dilakukan FBI dan Intelijen Inggris pada tahun
1991.

Disebut bahwa 16 hari sebelum bom di Pan Am, Kedubes AS di Helsinki menerima telepon yang mengancam bahwa akan ada bom di pesawat Pan Am yang akan berangkat dari Frankfurt. Muncul kemudian kontroversi jika AS mengabaikan ancaman ini.

Awalnya Libya menolak dua intelnya diekstradisi dan diadili di negara lain namun besarnya tekanan AS dan PBB kepada Libya membuat dua orang tersebut pada tahun 1999 diadili di Belanda dengan menggunakan hukum dan jaksa Skotlandia. Al Megrahi dihukum seumur hidup sementara Fhimah dinyatakan tak bersalah. (ren)


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya