VIVAnews -- Negara berkembang di Asia harus menerapkan reformasi struktural di sektor pertanian guna menghadapi kenaikan harga komoditas secara signifikan.
Bank Pembangunan Asia mengingatkan meskipun harga bahan pangan, seperti beras, sudah menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan ini. "Namun, krisis pangan belum berakhir," ujar Kepala Ekonom ADB, Ifzal Ali saat menyampaikan ADB Outlook 2008 Update di Hong Kong, Selasa (16 September 2008)
Ali memperingatkan permintaan bahan pangan akan terus meningkat melampaui jumlah pasokan.
Laporan itu menjelaskan bahwa krisis pangan tahun ini lebih didorong oleh seretnya pasokan. Akibatnya, harga terus beranjak naik. Contohnya, harga beras. Produk biji-bijian ini naik dari US$ 400 per ton pada awal tahun menjadi US$ 1.200 per ton pada Mei, sebelum jatuh kembali ke US$ 730 per ton pada pekan lalu.
Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan jumlah penduduk dan pendapatan mereka jauh melesat ketimbang pertumbuhan produktivitas lahan per hektare. Itu terjadi karena turunnya investasi di infrastruktur dan inovasi untuk mendongkrak produktivitas pangan.
Pemerintah harus investasi untuk mendorong produktivitas pertanian, sekaligus memberi sinyal harga yang jelas kepada produsen dan konsumen.