Penjelasan BMKG Soal Fenomena Hujan Es di Depok

Ilustrasi hujan lebat.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) langsung mengeluarkan penjelasan singkat mengenai fenomena hujan es yang terjadi di daerah Jawa Barat, khususnya di Bandung dan Depok, Selasa 20 Maret 2018.

Imbauan PB IDI Agar Mudik dan Liburan Tetap Sehat di Musim Pancaroba

Seperti disampaikan bagian humas BMKG, hujan es yang terjadi siang ini adalah fenomena cuaca alamiah. Biasanya hujan lebat yang juga disertai butiran es akan terjadi dengan disertai kilat/petir dan angin kencang. Hujan es ini terjadi dengan durasi singkat.

"Lebih banyak terjadi pada masa transisi atau pancaroba. Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya," begitu penjelasan BMKG yang disebar melalui WhatsApp.

Iklim Berubah Drastis, Arab Saudi Bakal Dilanda Salju dan Hujan Es

Sementara indikasi terjadinya hujan es bila satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara yang terasa panas dan gerah ini diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).

Kemudian mulai pukul 10.00 pagi akan terlihat tumbuh awan Cumulus atau awan putih berlapis–lapis, diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu– abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Fenomena Hujan Es Terjadi di Kawasan Lowokwaru Kota Malang

Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu–abu/ hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus). Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri dan biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba–tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

Jika 1–3 hari berturut–turut tidak ada hujan pada musim transisi atau pancaroba penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Sifat-sifat puting beliung atau angin kencang berdurasi singkat, sangat lokal dan
luasannya berkisar 5–10 km, dengan waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit. Ini lebih sering terjadi pada peralihan musim atau pancaroba.

Kemudian ini lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari. Akan bergerak secara garis lurus dan tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 – 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda–tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 persen.

Lalu hanya berasal dari awan Cumulonimbus atau bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya, tetapi tidak semua awan CB ini menimbulkan puting beliung. Kemungkinan kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya