Fakta Baru JK: Banyak Muslim Pilih Ahok Ketimbang Non Islam

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sumber :
  • Repro Instagram

VIVA – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkap sebuah fakta tentang raihan suara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

JK Sebut Penundaan Pemilu Langgar Konstitusi

Menurut JK, ternyata lebih banyak warga Jakarta yang beragama Islam yang memilih Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, ketimbang warga non-Muslim.

JK menuturkan, fakta ini bisa terlihat dari raihan suara Ahok, sebesar 42,04 persen. Padahal, lanjut JK, komposisi umat Muslim di Jakarta adalah 78 persen dibanding non-Muslim sebesar 22 persen.

Ahok Sebut Pertamina Bisa Tetap Untung Bila Tak Naikkan Harga BBM 2022

Dengan demikian, ada kontribusi pemilih Muslim yang signifikan pada raihan suara Ahok-Djarot sebesar 42,04 persen.

"Artinya, lebih banyak (pemilih) Islam pilih Ahok, dibanding (pemilih) non-Islam," ujar JK saat memberi kuliah umum Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVII dan LVIII Lembaha Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin, 25 Juni 2018.

Hasto dan Ahok Sampaikan Pesan Megawati untuk Politisi Muda

JK melanjutkan, fakta itu juga membuktikan bahwa Pilkada yang begitu marak digelar di banyak daerah di Indonesia, bukanlah hal yang memecah belah umat beragama.

Jika umat beragama terbelah di Jakarta saat Pilkada DKI 2017, maka calon Gubernur Muslim saat itu, Anies Baswedan, seharusnya meraih suara minimal sebesar 78 persen juga, atau jumlah seluruh populasi umat Muslim.

"Sekiranya terbelah, Anies akan dapat (suara di kisaran) 80 persen, ternyata tidak, hanya dapat 56 persen (57,96 persen)," ujar JK.

JK mengatakan, timbulnya potensi-potensi gesekan di masyarakat akibat perbedaan preferensi politik adalah hal yang wajar serta telah diantisipasi pemerintah.

Meski demikian, JK menegaskan, perhelatan yang akan kembali digelar secara serentak di 171 daerah pada Rabu esok, 27 Juni 2018 itu bukanlah hal yang bisa memecah belah umat beragama.

"Ada (kandidat yang) lebih disuka, itu ya urusan politik, tapi (Pilkada) tidak menyebabkan perpecahan agama, sama sekali tidak. Bahwa ada demo-demo, ya iya, itu biasa," ujar JK.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya