Atasi Banjir Rob, Jakarta Dinilai Butuh Tanggul Laut Raksasa

Warga melintasi genangan air banjir rob di kawasan akses pintu masuk menuju pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA - Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang Air dan Sumber Daya Air, Firdaus Ali mengakui, Ibu kota Jakarta membutuhkan giant sea wall atau tanggul laut raksasa untuk mencegah terjadinya banjir rob.

KPU DKI Sudah Antisipasi Banjir saat Proses Pemungutan Suara Pilgub 2024

Firdaus mengatakan, sekarang tanggul laut raksasa dikembangkan menjadi national capital integrated coastal development (NCICD). Menurut dia, proyek tanggul pantai tetap berjalan, tetapi sekarang kendali di bawah Pemerintah Pusat, yakni Kementerian PUPR.

"Sekarang, namanya NCICD dan itu tetap jalan. Sekarang di bawah Kementerian PUPR," kata Firdaus, melalui siaran persnya, Senin 10 Desember 2018.

40 RT dan 5 Ruas Jalan Jakarta Masih Terendam Banjir

Menurut dia, program NCICD ini bukan hanya Pemerintah Provinsi DKI saja, tetapi juga melibatkan Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kini, perencanaannya sedang dimatangkan pemerintah pusat.

"Itu sedang dimatangkan perencanaannya di Kementerian PUPR, dengan melibatkan tenaga ahli Belanda, Korea, Jepang, dan Indonesia," ujarnya.

Petugas Gabungan Pasang Bronjong di Tanggul Jebol Kali Hek Kramat Jati

Firdaus menjelaskan, NCICD lebih terpadu dari tanggul laut raksasa. Karena, tanggul laut raksasa hanya membangun tanggul saja, tetapi NCICD akan mengaitkan dengan pengembangan kawasan dan wilayah.

"Aspek macam-macam lingkungan, keterpaduan, finansial ekonomi, pengembangan kawasan pantai, tanggul, juga akan dijadikan jalur untuk kereta api dan tol, sehingga orang tidak perlu lagi masuk ke dalam kota," kata dia.

Misalkan, kata Firdaus, dari Cikarang, Bekasi, nanti bisa melalui pinggir pantai yang dibangun tanggul itu sampai ke daerah Banten. Sehingga, beban transportasi, terutama truk-truk kendaraan berat itu tidak lagi masuk ke dalam kota termasuk Priok.

"Intinya sama, tetapi lebih dikembangkan. Kalau cuma giant sea wall itu, gunanya bikin tanggul saja. Tapi kalau ini (NCICD) kan tidak, di atas tanggul itu akan ada macam-macam nanti, ada tanggul baru, ada jalur kereta api, ada jalan tol, ada perumahan nelayan, penampungan nelayan," katanya.

Ia berharap, program tanggul pantai NCICD ini bisa segera rampung studi atau desainnya tahun akhir 2018, namun memang tampak akan diperpanjang studi atau desainnya sampai akhir 2019.

"Kalau semuanya smooth, tahun 2020 harusnya sudah groundbreaking. Karena ini, untuk menahan rob dan kedua, juga Jakarta tidak tenggelam," tuturnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa kawasan pesisir utara mengalami penurunan yang cukup serius. Anies telah memiliki program kerja yang akan direncanakan untuk jangka panjang, salah satunya dengan membuat tanggul raksasa. Selain itu, Anies juga akan membuat drainase vertikal, yang akan mengarahkan air masuk ke dalam tanah.

Sementara itu, Calon Presiden Prabowo Subianto menyebut kenaikan air laut diperkirakan bertambah 50 sentimeter per tahun. Jakarta, juga termasuk salah satu yang terkena dampak tersebut.

"Tidak lama lagi, kita lihat sekarang dengan climate change ada kekeringan di California, dan saya kira, Indonesia tidak siap," ujarnya.

Prabowo memprediksi air di pesisir Jakarta, di kawasan Tanjung Priok, akan mulai masuk ke pusat kota. Diperkirakan, air tersebut sampai ke pusat kota pada 2025. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya