Puluhan Siswa SLB di Depok Ikut UN, Pengawas Punya Peran Sentral

Ujian Nasional tingkat SMA di SLB Dharma Asih, Kota Depok
Sumber :

VIVA – Ujian Nasional atau UN untuk tingkat Sekolah Menegah Atas atau SMA berlangsung serentak pada hari ini, Senin 1 April 2019. Hal ini juga berlaku untuk sejumlah siswa berkebutuhan khusus.

7 Tips Menghadapi Ujian Nasional: Persiapan yang Efektif untuk Sukses

Di Depok, Jawa Barat, ada sekira 20 siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dan Ujian Nasional Kertas Pena (UNPK). Mereka tersebar di beberapa Sekolah Luar Biasa atau SLB di kota tersebut.

"Jadi 20 siswa SLB ini terbagi lagi dari 17 orang yang ikut UASBN dan tiga orang ikut UNKP. Perbedaannya yang UASBN soal dari internal sekolah kalau UNKP soal dari pusat," kata Kepala Sekolah SLB Dharma Asih, Euis saat ditemui di sekolahnya di Jalan Bangau Raya, Depok.

Sepenggal Kisah Awak KRI Nanggala Raih Nilai Sempurna Ujian Fisika SMA

Pada hari pertama ini, mata pelajaran yang diujikan adalah bahasa Indonesia sebanyak 50 soal dengan waktu pengerjaan 2 jam. Untuk memastikan soal-soal dikerjakan tanpa kecurangan, panitia menempatkan dua pengawas dari sekolah berbeda. 

Tugas pengawas ujian untuk siswa berkebutuhan khusus ini berbeda dengan ujian nasional siswa pada umumnya. Mereka (pengawas) diizinkan untuk membantu sejumlah siswa tersebut untuk memahami materi atau soal ujian.

Kemenag Tiadakan UN Bagi Madrasah, Ini Syarat Kelulusan Siswa

"Nulis nama kan harus seteliti mungkin. Terus ada yang tidak mendengar, jadi mereka terkadang agak bingung untuk memahami silang atau dilingkari, ada juga yang hampir keluar batasnya yang harusnya bulat jadi silang. Ya macam-macam, karena itu perlu pengawas atau pendamping," kata Euis.

Pengawas pada SLB berbeda dengan sekolah umum. Di tempat ini, pengawas dituntut ekstra sabar, sebab dengan keterbatasan fisik yang mereka miliki berpotensi melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal ujian.

"Kita hanya memastikan, mereka tulis nama dengan benar atau tidak. Kalau ada satu soal yang kalimatnya agak sulit kita coba menjelaskan maksud soal tersebut agar mereka lebih memahaminya. Bukan bantu menjawab," ujarnya.

Menjemput Mimpi

Euis menegaskan, meski memiliki keterbatasan, namun para siswa berkebutuhan khusus tetap semangat mengikuti ujian. Salah satunya adalah Deka (24 tahun). Sama seperti siswa kebanyakan, murid SLB Dharma Asih itu pun sangat serius mengisi tiap lembar kertas ujian agar kompetensi akademiknya diakui oleh negara.

Deka mengaku lega lantaran yakin dapat mengerjakan seluruh soal ujian nasional tersebut dengan mulus. "Ada yang susah ada yang gampang," katanya dengan bahasa isyarat.

Salah satu kendala yang ditemui Deka adalah kesulitan memahami soal ujian dengan narasi yang cukup panjang. "Yang soalnya panjang susah karena bahasanya agak tinggi, yang soalnya pendek gampang," ucapnya.

Namun, Deka tetap optimis akan lulus dengan nilai yang terbaik. "Lulus dong, kan sudah belajar tiap malam. Saya ingin bekerja jadi penata rias atau fotografer setelah lulus nanti," ungkapya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya