Anies Diminta Bawa Terobosan Baru untuk Jakarta

Pakar Komunikasi Effendi Ghazali & Penulis buku.
Sumber :
  • Antara/ Widodo S Jusuf

VIVA – Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali mengatakan, ada tiga catatan untuk kinerja Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan. 

Ogah Usung Anies di Pilgub Jakarta, Gerindra: Kita Punya Jagoan Lebih Muda dan Fresh

Hal pertama, menurut Effendi, perintah gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dilaksanakan lebih cepat dibandingkan Anies.

"Dalam konteks prestasi, saya mau beri tiga catatan. Jujur saja, di masa Pak Ahok, kelihatannya bagian dari Pemda lebih takut dan ingin cepat bekerja," kata Effendi di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) tvOne, dengan tema Anies Baswedan di Pusaran “Bully", Selasa malam, 13 Agustus 2019.

Anies Baswedan Direstui Maju Pilkada Jakarta, Cak Imin: PKB Belum Membahas

Effendi menjelaskan, Anies tidak bisa dibandingkan dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Ada hal yang tidak bisa disamakan dalam pengelolaan wilayah.

"Kedua, tadi ada gambar Bu Risma, membandingkan dengan Surabaya. Agak kurang fair untuk dibandingkan dengan Anies," ujarnya.

Megawati Ajukan Diri Jadi Amicus Curiae, Anies Bilang "Situasinya Memang Amat Serius"

Dia menambahkan, "Ketiga, banyak hal positif yang dibawa Anies untuk Jakarta, seperti Formula E dan lainnya. Tetapi, saya belum menemukan ada terobosan lain."

Effendi juga menanyakan soal reklamasi, ketika 2018, sudah "disegel", namun sekarang jadi polemik. Ia berharap, Anies bisa melakukan terobosan baru, tidak hanya meneruskan.

"Kita mengharapkan dalam beberapa ke depan, tidak hanya meneruskan. Hendaknya dengan terobosan yang penting. Soal reklamasi ini menjadi penting, sudah disegel 2018, kemudian sekarang menjadi pemanfaatan untuk kepentingan publik. Ini yang belum saya mengerti pusarannya," kata Effendi.

Terakhir, ia mempertanyakan, apakah Anies tokoh yang otonom atau terbawa-bawa dalam kekuasaan.

"Apakah tokoh yang saya kagumi ini juga tokoh yang otonom atau akan terbawa-bawa. Saya mengagumi dia intelektual yang otonom, tetapi kadang juga ikut terbawa-bawa dengan pusaran bully, bisa juga dengan kekuasaan," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya