Kata RS Persahabatan, Wartawan Kontak dengan Menhub Ditelantarkan

RSUP Persahabatan gelar konferensi pers terkait perkembangan kasus corona.
Sumber :
  • VIVAnews/ Kenny Putra (Jakarta)

VIVA – Jurnalis yang mengaku terlibat kontak dekat dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, merasa khawatir setelah mengetahui pembantu Presiden Jokowi itu positif virus corona atau Covid-19. Pada Rabu, 11 Maret 2020, sejumlah jurnalis sempat bertemu di Istana karena ada rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden.

Seru! Timnas Voli Putri Indonesia Bakal Hadapi Red Sparks di Pembukaan Proliga 2024

Namun saat ingin melakukan pemeriksaan corona di RSUP Persabahatan, Jakarta Timur, mereka justru ditelantarkan. Tidak ada penanganan yang serius saat beberapa wartawan istana itu datang ke rumah sakit. Karena itu, mereka mempertanyakan penanganan masyarakat di rumah sakit tersebut.   

"Kita kontak biro pers diam, jadi ini inisiatif kita sendiri. Harusnya bila tidak ada gejala, kami diajak dialog saja," ujar Anang Purwanto saat bertanya ketika dilakukan keterangan pers di RSUP Persabahatan pada Senin siang, 16 Maret 2020.  

Raja Yordania Beri Selamat ke Prabowo via Telepon: Negaramu Membutuhkanmu

Menurutnya, rasa khawatir tentu ada. Apalagi ada keputusan bila semua wartawan istana yang kontak dengan Menhub, tidak boleh melakukan kegiatan peliputan di istana selama 14 hari. Karena itu, sejumlah wartawan melakukan pemeriksaan karena juga ada permintaan dari kantor tempat mereka bekerja.  

"Wartawan saja panik apalagi masyarakat. Ini pelajaran bagi semua," katanya.

Dituding Hina China Gara-gara Absen di Hong Kong, Begini Tanggapan Lionel Messi

Direktur RSUP Persabahatan, Rita Roqoyah menanggapi keluhan wartawan terkait dengan pelayanan di Persabahatan pada Minggu kemarin, 15 Maret 2020. Rita menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang dianggap wartawan adalah penelantaran. 

Menurutnya, bersamaan dengan kedatangan wartawan ke RS Persahabatan, sedang dilakukan pertemuan penting di rumah sakit terkait dengan pelayanan pasien. Baik itu yang positif corona atau mereka yang sedang dalam pengawasan. 

"Terimakasih atas masukannya, memang waktu wartawa itu banyak, kami semua sedang mengadakan pertemuan yang kami anggap penting untuk pelayanan pasien. Bukan kami tidak ada, tapi kami semua ada. Saya mohon maaf, kalau ada pemberitaan yang tidak sesuai yang saya sampaikan," katanya.

Menurut Roqayah, dia telah meminta wartawan tidak melakukan pemeriksaan hari ini juga (pada Minggu). Karena dia menganggap kalau wartawan saat itu dalam keadaan takut dan panik. Padahal, tidak ada gejala sakit, tapi hanya rasa takut saja. 

"Bila datang sesuai dengan alur yang kami buat, akan gabung dengan pasien yang bergejala. Bisa saja wartawan tidak bergejala, dan jangan sampai bergabung. Jangan sampai tidak ada apa-apa tapi gabung dengna yang bergejala," katanya.

Menurut Rita Roqayah, wartawan harusnya sudah lebih tahu. Karena itu, dia minta kepada jurnalis tidak hanya mencari informasi mengenai jumlah pasien saja, tapi bantu juga masyarakat menginformasikan mengenai pencegahan. 

"Ada masa inkubasi 14 hari. Karena itu kami minta ada di rumah dulu, takutnya dalam massa itu baru terjadi gejala. Karena kalau tidak ada gejala, lakukan pemeriksaan jadi tidak ketahuan. Kami juga tidak berani pastikan bebas, bila masa inkubasi. Masalah kemarin, mungkin itu mis komunikasi dan kami mohon maaf. Kami sedang rapat," katanya. 

Saat dikonfirmasi kemarin, Rita Roqayah menampaikan kalau pemeriksaan terhadap jurnalis yang khawatir setelah terdata melakukan kontak dekat dengan Menhub Budi Karya, tidak bisa dilakukan karena fasilitas belum siap untuk mengatasi lonjakan pasien.

"Tidak bisa tiba-tiba datang 30 orang. Kami baru menyiapkan apa strateginya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya