Klinik Aborsi Percetakan Negara Pakai Calo untuk Jaring Pelanggan

Rekonstruksi kasus klinik aborsi ilegal di Raden Saleh, Jakarta
Sumber :
  • VIVA/Willibrodus

VIVA – Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya hingga kini telah menetapkan 10 orang tersangka dalam praktik klinik aborsi di kawasan Percetakan Negara III, Jakarta Pusat yang terungkap beberapa hari lalu.

Polisi Usut Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Perkembangan hingga kini polisi masih melakukan pencarian terhadap seorang yang membuat situs klinik aborsi ilegal yang diduga menjadi penghubung antara tim eksekusi di klinik dan pasien aborsi.

Seperti diketahui sebelumnya, si pemilik klinik aborsi tersebut memanfaatkan sebuah website untuk mempromosikan usahanya, dan manarik pelanggan yang ingin melakukan aborsi.

Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Ternyata Masih Anak-anak, Bos Akan Diperiksa

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombespol Yusri Yunus menjelaskan, terbongkarnya klinik aborsi di Percetakan Negara berawal dari laporan masyarakat. 

Klinik tersebut sempat tutup pada tahun 2004, namun klinik tersebut kembali aktif hingga sekarang terhitung mulai 2017 lalu.

Kombes Ade Ary Blak-blakan Soal Kasus Aiman yang Disetop, Alasannya Bukan Politis

Baca juga: Klinik Aborsi Ilegal Percetakan Negara Raup Rp10 Miliar Dalam 3 Tahun

Dari pengakuan DK, salah satu tersangka, setidaknya, ada 32.760 janin yang sudah digugurkan di klinik tersebut. DK adalah dokter yang bertugas melakukan aborsi. Dia lulusan salah satu universitas di Sumatera Utara dan pernah menjalani koas (ko-asisten) di salah satu rumah sakit.

"Jadi dia tidak sampai selesai, kemudian direkrut oleh si pemilik klinik untuk lakukan praktik aborsi," ujar Yusri dikonfirmasi, Sabtu 26 September 2020.

Calo online

Sementara itu, pada Jumat, 25 September kemarin, Polda Metro Jaya telah gelar reka ulang praktik aborsi ilegal dengan menghadirkan kesepuluh orang tersangka di Percetakan Negara.

Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya AKBP, Jean Calvijn Simanjuntak mengungkap, ada peran calo online saat si pasien mendaftar melalui website atau laman daring. Calo-calo online ini bertugas mencari para calon pasien yang akan melakukan aborsi kandungannya.

Menurut Jean, saat pembagian honor antara calo website dan pihak klinik aborsi, bagian untuk calo ini lebih besar ketimbang pelaku aborsi di klinik tersebut, karena kinerja para calo tersebut mirip dengan kinerja marketing pada suatu perusahaan.

"Bila pasien datang dengan menggunakan website, pembagiannya adalah 50 persen untuk calo website itu," ujar Jean dikonfirmasi, Sabtu 26 September 2020.

Namun, bila pasien tidak datang lewat website, potongan yang dikenakan untuk calo adalah 40 persen. Artinya, honor untuk calo lebih besar daripada tim yang melakukan tindakan aborsi.

"Jadi kami dalami jaringan calon web aborsi yang ada. Karena kita melihat pastinya ada hubungan dan keterkaitan," ujar Jean.

Jean juga menjelaskan, bahwa tak ada standar tarif yang dipatok klinik aborsi ilegal di Percetakan Negara, Jakarta Pusat. Harga yang ditarik ke pasien sangat beragam.

Hal tersebut terungkap usai rekonstruksi di Jalan Percetakan Negara III, Jakarta Pusat. "Ternyata tiap pasien biaya yang dikeluarkan pembagiannya sangat bervariasi, tergantung dari kesanggupan masing-masing pasien," ujarnya.

Baca juga: Klinik Aborsi Ilegal di Percetakan Negara Telah Gugurkan 32 Ribu Janin

Menurut Jean salah satu cara pasien untuk melakukan aborsi ilegal adalah dengan mendaftar melalui website atau lama daring.

Jean menegaskan, dalang dalam kasus aborsi ilegal di Percetakan Negara adalah calo yang berada di balik website tersebut. Oleh karena itu, penyidik akan melakukan pendalaman untuk mengusut sindikat calo aborsi ilegal.

"Website itu diciptakan oleh oknum yang kita katakan sebagai calo. Di sini kami temukan bahwa praktik aborsi di sini peran calo sangat besar," ujarnya.

Jean menilai, ada skema terstruktur dari jaringan yang dibentuk di situs klinik aborsi ilegal tersebut. Menurutnya, pasien yang hendak aborsi, prosesnya bisa dengan mudah didaftarkan dengan mengakses situs tersebut.

"Siapa pun pasien yang membuka web tersebut ternyata nomornya sudah tertera di situ baru mereka menghubungi tempat aborsi yang mereka ketahui. Ini kita mendalaminya," ujarnya.

Karenanya Jean meyakini bahwa eksistensi klinik aborsi ilegal tidak akan bertahan jika tidak didukung kuatnya jaringan situs tersebut.

"Jadi peran dari calo sangat besar. Tanpa calo, tanpa website untuk rekrutmen pasien ini sangat susah sekali," ujar Jean.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya