Crossing Becakayu Berlanjut, Warga Kayuringin Bekasi Terus Berjuang

Banjir di Kayuringin Bekasi Selatan
Sumber :
  • VIVAnews/Dani

VIVA – Pembangunan proyek penyaluran air dari duplikasi crossing Tol Becakayu dan Saluran Tarum Barat ke Kali Bumi Satria Kencana (BSK) Bekasi, tetap berlanjut. Sebelumnya warga Kayuringin Jaya dan Bumi Satria Kencana menolak karena terimbas banjir.

40 Ribu NIK KTP Warga Jakarta yang Sudah Meninggal Dinonaktifkan

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi Arief Maulana memastikan, bahwa pembangunan tersebut tetap dilanjutkan. 

“Tetap (lanjut) jadi kegiatan itu, tuntutannya itu kan tidak boleh mengalirkan (air ke kali BSK) gitu ya," kata Arief ditemui saat mediasi dengan warga BSK - Kayuringin Jaya, Bekasi Selasa 26 Oktober 2021.

Ribuan Rumah dan Ratusan Hektare Sawah di Tasikmalaya Terendam Banjir

Dia menyebut, meski pembangunan dilakukan tapi penanganan banjir tetap dilakukan. Yakni dengan penataan hulu ke hilir sampai tuntas. Pembangunan crossing tetap harus diimbangi kemampuan menampung air yang mengalir di daerah hilir.

"Dibagian hilir dari Kalimalang itu sendiri harus dilakukan pelebaran saluran, normalisasi dan juga peninggian tanggul," ujar Arief.

Geger! Warga Temukan Mayat Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sementara mengatasi banjir di daerah yang diprotes warga tersebut, perlu dibangun longshore air dan memindahkan pompa rawa tembaga. Ditempatkan ke daerah hilir dekat dengan kali Bekasi. Maka lanjut dia, bisa digunakan sebagai upaya menambah tampungan.

"Jadi pada saat air mengalir dari kali Bekasi begitu mendekati area pompa yang sudah dipindahkan ke hilir tentunya tidak akan masuk ke area rawa tembaga, jadi sudah lewat begitu saja," jelasnya.

Warga Terus Berjuang

Terhadap hal itu, Ketua Tim Teknis Forum RW Bumi Satria Kencana (BSK) - Kayuringin Jaya, Nana Supriatna, menyebut penjelasan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena ketinggian air pada saluran BSK ke kali Bekasi terutama di pintu air Islamic Center, selevel dengan permukaan kali Bekasi.

“Sehingga apabila kali Bekasi sudah penuh, maka pintu air di Islamic Center harus ditutup, karena kalau tidak ditutup akan menyebabkan banjir besar di wilayah area GOR Chandrabaga, jalan Juanda dan pemukiman di wilayah 26 RW BSK Kayuringin Jaya,” jelas Nana.

Dengan proyek itu juga, menurut dia banjir yang lebih parah di kawasan permukiman 10 RW di wilayah BSK Kayuringin Jaya, bisa saja terjadi. 

"Selama ini Kayuringin Jaya selalu kebanjiran dengan ketinggian genangan air sekitar 1,5 meter sampai 2 meter. Kegiatan (penolakan) ini terus kita perjuangkan untuk tidak memperparah wilayah di Kayuringin," jelasnya.

Proyek crossing tersebut, menurutnya baru menguntungkan warga yang berada di wilayah selatan. Tetapi untuk mereka, warga di utara yakni Kayuringin Jaya, tidak memberi solusi.

“Secara implisit Warga tidak menolak proyek yang dibangun oleh Pemerintah, tetapi yang ditolak oleh Warga adalah penyaluran air buangannya ke kali alam yaitu kali Bumi Satria Kencana (BSK/Rawa Tembaga)," katanya.

Pembangunan juga tidak boleh hanya merujuk peraturan dari daerah. Tetapi juga aturan yang lebih tinggi yakni perundang-undangan yang masih berlaku.

"Agar tidak terkesan pembangunan proyek yang dilakukan pemerintah daerah/pusat cenderung dipaksakan dan hanya memindahkan banjir dari satu tempat ke tempat lain,” jelas Nana.

Lebih lanjut, Nana menambahkan berdasarkan rekomendasi konsultan AMDAL proyek Duplikasi Crossing Tol dan Tarum Barat bahwa air buangan dari arah selatan (hulu) tidak memungkinkan untuk dialirkan ke Kali BSK/Rawa Tembaga (hilir), mengingat kali alam ini sudah tidak optimal untuk menampung debit air yang besar. 

“Sehingga warga hanya meminta airnya dialirkan menyusur sisi Kalimalang menuju Kali Bekasi (rumah pompa Giant) yang dibantu didorong dengan menggunakan 3-4 pompa, jadi sisi hulu tidak banjir dan sisi hilir (wilayah 10 RW Kayuringin Jaya) banjirnya tidak semakin parah,” kata Nana.

Proyek tersebut diprediksi mengakibatkan banjir parah di 10 RW di wilayah Kayuringin Jaya dan Bumi Satria Kencana. 10 RW tersebut dengan 4.507 kepala keluarga (KK)  dengan jumlah warga sebanyak  15.441 orang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya