Tiga Solusi Atasi Macet Jakarta

Subway, salah satu moda angkutan mass rapid transit (MRT)
Sumber :
  • www.urbanrail.net

VIVAnews - Pakar perencanaan kota Marco Kusumawijaya mengusulkan pemerintah melakukan sejumlah tindakan untuk mengatasi macet di Jakarta. Solusi pertama adalah membatasi penggunaan mobil.

"Jadi harus mengurangi penggunaan mobil, bukan kepemilikan mobil," kata Direktur Ruang Jakarta (Rujak), Center for Urban Studies itu, seperti dilansir di akun Twitternya, Senin 26 Juli 2010.

Mengapa membatasi penggunaan mobil, karena sebenarnya, kata Marco, jumlah mobil di Jakarta masih kalah dengan jumlah mobil di Singapura. Namun, warga Singapura lebih sedikit melakukan perjalanan dengan mobil, tidak seperti di Jakarta.

"Percaya atau tidak, jumlah mobil di Jakarta itu "rendah", masih sedikit di bawah angka di Chicago tahun 1930-an yakni 300 mobil per 1.000 penduduk."

Meski begitu, Marco menyarankan, pemilikan mobil tetap harus dibatasi. Di Singapura, katanya, pemilikan mobil sangat sulit, harus memiliki syarat seperti harus punya garasi dan membayar pajak.

Tata Guna Tanah

Kemudian, fokus pemerintah seharusnya bukan membangun infrastruktur mobilitas seperti jalan dan angkutan baru. "Terus menerus memenuhi "demand" infrastruktur mobilitas hanya akan mendorong suburbanisasi dan naiknya jumlah komuter," katanya.  "Solusi yang lestari menurut saya harus di penataan penggunaan tanah."

Salah satu bentuk penataan tata guna tanah adalah ketersediaan hunian terjangkau di sepanjang dan sekitar tiap stasiun mass rapid transit yang akan dibangun pemerintah. Kemudian lapangan pekerjaan juga terdapat di sepanjang jalur itu. Kawasan sekitar tiap stasiun dalam radius 800 meter ditata land-use dan pengembangannya.

"Penataan dan pelaksanaan land-use yang disiplin harus dimulai sekarang, justru karena itu akan gradual hasilnya," kata Marco. "Percayalah, hanya bangun infrastruktur tanpa menata land-use dari sekarang hanya akan menumpuk bencana di masa depan."

Kemudian, sederhana namun penting, trotoar untuk pejalan kaki harus dibuat lebih bagus daripada jalan itu sendiri. "Pondasi trotoar harusnya sama dengan pondasi jalan mobil. Sekarang tidak, maka trotoar cepat sekali rusak, bahkan di Menteng sekalipun," kata Marco. Belum lagi ditambah kebiasaan buruk, pelebaran jalan memakan jalur trotoar.

Kemacetan lalu lintas di Jakarta ini diperkirakan merugikan warga Jakarta Rp 17,2 triliun setiap tahun. Estimasi kerugian itu merupakan hasil penelitian Dinas Perhubungan Jakarta pada 2009. Saat ini, pemerintah mengupayakan pembangunan mass rapid transit di Jakarta dan membangun jalan baru.

Kemacetan ini membuat iring-iringan pengawalan mobil untuk pejabat negara kerap menjadi kecaman warga. Bahkan iring-iringan Presiden juga ikut diprotes seorang warga melalui surat terbuka ke redaksi sebuah harian, sehingga membuat Presiden berangkat Subuh dari rumah pribadinya di Cikeas, Bogor, untuk ke Kantor Presiden.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan
Petugas yang mengawal Anies dan Keluarga selama Pilpres 2024 berpamitan

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Tugas tim pengawal yang melekat pada Anies Baswedan selaku Capres 2024 nomor urut 01 telah selesai dan mereka telah berpamitan kepada Anies dan Keluarga.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024