- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Aksi perampokan uang di automatic teller machine (ATM) di areal mini market kian marak. Kepolisian Daerah Metro Jaya meminta para pengelola bank menambah kamera CCTV di ruang ATM, dan dipasang di tempat yang tidak mudah terlihat.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, mengakui masalah besar dalam mengungkap kasus pembobolan ATM adalah minimnya barang bukti. Kamera CCTV yang ada dirusak oleh para pelaku.
Modus merusak kamera CCTV itu sering terjadi belakangan ini. Modus ini kian gampang sebab kamera mudah terlihat dan petugas keamanan yang menjaga sangat minim. "Sehingga kami susah untuk mengungkap pelaku," katanya, Selasa 4 Januari 2011.
Polda Metro Jaya telah membentuk dua tim dari Satuan Jatanras dan Satuan Reserse Mobil (Resmob) untuk mendukung kewilayahan, terutama Polres Jakarta Barat.
Polisi mendesak agar para pengelola bank menyediakan jasa pengaman lain yang bisa diambil pengamanan swakarsa yang bisa bekerjasama dengan polisi. Bisa disediakan dari lingkungan sekitar atau dari pengelola swalayan.
Seperti diketahui, Aksi perampokan ATM di Alfamidi, Jalan Panjang, Jakarta Barat, terjadi Minggu 2 Januari 2011. Jumlah perampok diperkirakan lebih dari tiga orang.
Dalam aksinya, mereka menggasak uang tunai sebesar Rp 125 juta.
Berdasarkan hasil rekam CCTV yang dipasang di sekitar mesin penarik uang, tiga orang yang diduga pelaku terlihat jelas wajahnya.
Aksi serupa pernah terjadi di ATM mini market di Bekasi dan Depok. Apakah ada kesamaan pelaku antara di Jakarta Barat, Depok, dan Bekasi, hingga saat ini kepolisian belum bisa memastikannya.
"Sedang kami telusuri. Kalau sudah terungkap satu, maka kita akan memastikan dari mana atau apakah ada korelasinya," ujarnya.
Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji
Mulai persiapan penyelenggaraan ibadah haji, tata cara, hingga kesehatan serta keselamatan selama di Tanah Suci dapat disebarkan secara luas dan cepat melalui media.
