- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Pasca beroperasinya dua koridor busway koridor IX (Pinang Ranti – Pluit) dan koridor X (Cililitan – Tanjung Priok) beberapa persoalan pun muncul. Salah satunya kemacetan di sepanjang kedua koridor itu kian parah.
Banyaknya jalur busway yang bersinggungan dengan pintu masuk dan keluar gerbang tol, khususnya di Jalan S. Parman, Gatot Subroto, MT Haryono yang dilalui koridor IX (Pinang Ranti – Pluit) menyebabkan kemacetan merembet ke mana-mana.
Usulan pemindahan dan penutupan gerbang pintu masuk dan keluar tol sulit untuk dilakukan. "Itu kewenangan Jasa Marga, kalau bersedia tentunya bagus," ujar Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman, Kamis 6 Januari 2010.
Polda Metro Jaya dan Dishub DKI Jakarta, sudah mengusulkan penutupan gerbang masuk dan keluar pintu tol, seperti pintu tol masuk Semanggi 1, Tebet, Mampang, Cawang, dan Slipi. "Tapi kembali lagi semua kewenangan Jasa Marga," imbuh dia. Kalaupun dikabulkan, penutupan itu akan diprotes masyarakat pengguna tol.
Jadi, lanjut Kapolda, jauh lebih baik membangun flyover atau underpas khusus jalur bus Transjakarta yang bersinggungan dengan gerbang masuk dan keluar pintu tol. Cara ini dianggap lebih manjur ketimbang menutup pintu tol.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI, Udar Pristono menjelaskan ada tiga potensi permasalahan teknis yang akan dihadapi dua koridor busway IX dan X. Pertama, gerbang pintu masuk dan keluar tol. Kedua, geometric jalan yang perlu penyempurnaan. Ketiga, illegal crossing serta aktivitas di median jalan.
Menurutnya, untuk jangka mendesak perlu dilakukan penetapan prioritas untuk busway, penyempurnaan marka dan rambu. Selain itu, perlu dipasang traffic cone dan penempatan petugas. “Pengendara diimbau jangan ambil lajur kanan karena jalurnya busway dan prioritaskan transportasi umum ini,” imbuhnya.
Untuk penanganan jangka panjang, perlu dilakukan penataan pintu tol dan perubahan sistem pembayaran tol serta pemasangan separator.