KAI Impor Kereta Usia 30 Tahun dari Jepang

KRL Ekonomi
Sumber :
  • Photobucket/Jhon Ipenk

VIVAnews - Akibat lonjakan jumlah penumpang Kereta Rel Listrik Jabodetabek, PT KAI Comuter Jabodetabek akan menambah perjalanan kereta. Sejumlah kesepakatan dengan operator asal Jepang telah dilakukan. Tahun ini rencananya akan ada penambahan 130 unit kereta.

Corporate Secretary PT KCJ, Makmur Syaheran di Jakarta, Senin 31 Januari 2011 mengatakan, sejauh ini, sudah ada 20 kereta yang didatangkan dari Jepang.

Disampaikan Makmur, kereta yang datang dari Jepang memang bukan kereta baru, melainkan kereta bekas, yang umurnya sekitar 20-30 tahun. Persisnya buatan tahun  1980 hingga 1990, namun masih laik digunakan. Kereta dari Jepang ini merupakan pengganti kereta yang sudah ada yang dibuat tahun 1976.

Penambahan perjalanan kereta diutamakan pada jalur Jakarta-Bogor yang merupakan jalur paling padat, dengan jumlah penumpang mencapai 60 persen. Rencananya ada penambahan dua perjalanan di jalur itu dan untuk wilayah lain akan ditambah satu perjalanan.

Setiap tahun, jumlah penumpang KRL naik 20 persen. Berdasarkan data PT KCJ selama 2010, jumlah penumpang KRL mencapai 500.000 per hari. Bila kenaikan mencapai 20 persen, maka diperkirakan jumlah pengguna KRL pada 2011 mencapai 600.000 per hari.

"Lonjakan penumpang setiap tahun naik 20 persen dan kita harus memikirkannya. Jadi, harus benar-benar mengantisipasi masalah tersebut," jelasnya.

Setiap satu rangkaian KRL terdiri atas delapan gerbong dengan berkapasitas 120 penumpang, yang terdiri dari 54 tempat duduk dan sisanya berdiri.

Saat ini, PT KCJ memiliki 55 rangkaian kereta yang terdiri atas 38 rangkaian kelas 1 (ekspres) dan 17 rangkaian kelas 3 (ekonomi). Sementara jumlah kereta yang siap operasi sebanyak 414 kereta untuk melayani 438 perjalanan KRL dalam satu hari.

Namun, pihaknya belum dapat menjelaskan secara rinci mekanisme penambahan perjalanan ini lebih jauh, sebab masih banyak yang harus dikaji. Faktor ketersediaan listrik menjadi hal utama yang harus diperhatikan, pasalnya listrik yang ada sekarang ini tidak memadai.

Selma ini untuk menjalankan 386 unit KRL, dibutuhkan listrik sebesar 100 megawatt. Sementara ketersediaan listrik untuk KRL saat ini hanya 86 megawatt. Minimnya kapasitas ini mengakibatkan rusaknya infrastruktur, seperti AC yang sering rusak. Sedangkan jika KRL ditambah 130 unit, dibutuhkan sekitar 150 megawatt dan itu harus dipikirkan dengan matang. (umi)

Musim Mudik Lebaran 2024, TPI Imigrasi Soetta Catat Pergerakan Penumpang Naik 10 Persen
Sosialisasi Regulasi Pelindungan Kerja Bagi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

Kemnaker Mendukung Penataan NLE dengan Diimbangi Peningkatan Pelindungan Kerja TKBM di Pelabuhan

Kemnaker mendukung pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistisk Nasional (NLE), yang berorientasi pada kerja sama antar instansi.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024