- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menyatakan tidak akan menggunakan cara baru maupun pemikiran baru untuk mengatasi kemacetan Jakarta.
Meski dia sadar bahwa kondisi lalu lintas Jakarta makin mengkhawatirkan, Pemerintah DKI akan tetap mengatasi kondisi tersebut dengan rencana yang selama ini sudah ada, atau sesuai dengan pola transportasi makro.
"Tidak ada rencana baru lagi, kami kerjakan sesuai rencana yang ada. Kalau harus cari solusi lain tidak mungkin," ujar Foke, panggilan akrab Fauzi, di Balaikota DKI Jakarta, Kamis 24 Februari 2011.
Pola Transportasi Makro yang akan dikembangkan DKI berbasis angkutan massal berbasis rel, seperti mass rapid transit (MRT) dan revitalisasi kereta api.
Guna menangani kemacetan itu, koordinasi dengan pihak kepolisian khususnya Polda Metro Jaya terus dilakukan. Sejumlah kebijakan dari pemerintah pusat yang masih tertahan dianggap sebagai salah satu penyebab yang menghambat penuntasan kemacetan.
"Membatasi orang membeli mobil tidak mungkin, kalau membatasi orang tidak menggunakan mobil itu mungkin. Untuk itu kita masih menunggu peraturan ERP, baru dijalankan," jelasnya.
Masyarakat Jakarta terus mengkritik kinerja Pemerintah DKI Jakarta dalam hal pengentasan kemacetan. Belakangan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga ikut menyoroti persoalan ini.
Dalam rapat kerja di Istana Bogor, Presiden SBY meminta peningkatan manajemen lalu lintas oleh semua pihak, mulai dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kepolisian, dan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kementerian Perhubungan.
Presiden SBY meminta DKI untuk mengatasi permasalahan transportasi Jakarta secara khusus dan dijadikan sebagai program prioritas. Masalah ini harus sudah teratasi sebelum 2020, agar masyarakat bisa merasakan pelayanan transportasi yang lebih manusiawi.
Fauzi Bowo beranggapan kalau persolan pembangunan infrastruktur DKI terkendala karena komitmen investasi proyek yang tidak berjalan. Persoalan itu antara lain pada program jalan tol Becakayu (Bekasi - Cawang - Kampung Melayu) dan proyek monorel yang kini mangkrak.