KPA Sesalkan Guru Paksa Anak Contek Saat UAN

Ujian Akhir Berstandar Nasional
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Komisi Nasional Perlindungan Anak menemukan indikasi kecurangan Ujian Akhir Nasional di sebuah sekolah dasar, Jakarta Selatan. Namun, upaya klarifikasi tidak mendapat tanggapan dari pihak yang diadukan orangtua murid, yakni kepala sekolah dan guru.

Kasus indikasi kecurangan ini mencuat saat orangtua murid, Irma Winda Lubis mengadu ke Komnas PA karena anaknya berinisial MAB dan siswa lainnya di Sekolah Negeri 06 Petang Pesanggrahan didoktrin sejumlah guru untuk saling mencontek saat UAN tingkat SD yang dimulai 10 Mei lalu. Anak-anak tersebut diminta merahasiakan hal ini dari orangtua dan pihak lainnya.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengaku sudah mengundang pihak sekolah dan Suku Dinas Pendidikan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, pekan lalu. "Tapi mereka tidak mengindahkan permintaan klarifikasi kami. Artinya, mereka tidak mau menyelesaikan masalah ini," kata Arist dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Rabu malam, 1 Juni 2011.

Arist menambahkan, pihak sekolah dan dinas pendidikan malah mengundang orangtua murid dalam sebuah pertemuan Senin 30 Mei lalu. Anehnya, Irma Winda sebagai orangtua yang melaporkan indikasi kecurangan malah tidak diundang. Dalam pertemuan ini, kata Arist, pihak sekolah mengarahkan orangtua membantah pengaduan Irma Winda. "Orangtua murid lainnya tidak mau mengikuti arahan sekolah dan melaporkan pertemuan dan hasilnya ke Ibu Irma," jelasnya.

Dari fakta ini, kata dia, Komnas PA tidak melihat itikad baik pihak sekolah dan dinas untuk membuka diri atas kritik dan evaluasi pelaksanaan UAN. Karenanya, Komnas PA sudah melayangkan surat kepada Kementerian Pendidikan Nasional dan Gubernur DKI Jakarta untuk audiensi masalah ini.

"Ini masalah serius. Kami minta pemerintah menanggapi masalah ini dengan serius juga dan mencari penyelesaian. Kami tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang harus dipecat. Kami hanya ingin ada perbaikan sistem pendidikan," tegas Arist.

Dihubungi terpisah, Irma Winda Lubis menegaskan aduannya bukan untuk menjatuhkan guru atau kepala sekolah. "Saya kecewa karena sejak dini anak-anak malah diajarkan untuk berbuat curang. Saya tidak mau anak Indonesia hanya diberi doktrin nilai bagus di atas kertas tapi akhlak malah diabaikan," kata Irma.

Menurut Winda, wali kelas memaksa anaknya dan anak-anak lain yang duduk di kelas 6 untuk saling berbagi jawaban saat UN. Anaknyapun dipaksa meneken surat perjanjian yang menyatakan mereka tidak menyebarkan rahasia itu kepada siapapun, termasuk orangtua masing-masing.

"Saya merekam kesaksian anak-anak yang diminta meneken surat perjanjian itu," kata dia. Selain kesaksian anak-anak, Ketua Komnas PA, mengungkapkan Irma pun merekam kesaksian seorang guru yang mengakui doktrin saling contek ini. "Guru itu bahkan meminta maaf kepada para orangtua."

Dengan kasus ini, Irma tidak melihat ada perlindungan siswa di sekolah. "Anak saya masih beruntung punya orangtua yang mau mengkritisi. Bagaimana dengan anak-anak lain yang tidak punya orangtua? Orang dewasa seenaknya mengintimidasi mereka yang  masih putih. Generasi macam apa yang mau dibentuk dengan sistem pendidikan seperti ini?" ucap dia. (umi)

Cerita Soal Baby Box, Ria Ricis Seolah Pertegas Tentang Nafkah Batin
Harvey Moeis, suami dari artis Sandra Dewi ditetapkan sebagai tersangka korupsi

Kuasa Hukum Sebut Harvey Moeis Tidak Akan Ajukan Praperadilan

Kejagung telah menetapkan Harvey Moeis sebagai tersangka kasus dugaan korupsi timah.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024