Kasus DBD Turun, Jakarta Tetap Jadi Endemi

Penyemprotan memberantas nyamuk demam berdarah dengue
Sumber :
  • Antara/ Irwansyah Putra

VIVAnews - Meski tergolong masih cukup tinggi, tapi Pemerintah Provinsi DKI justru memastikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jakarta turun drastis.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, jumlah kasus DBD memang tergolong masih tinggi. Tapi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah penderita DBD di Jakarta terus menurun. Bahkan angka kematian akibat penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegepty pada 2011 belum ditemukan.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat, sejak 2007 hingga 2010 jumlah pasien DBD mengalami penurunan hingga 60,5 persen. Dari total 31.836 kasus pada 2007, turun menjadi 12.639 pada 2010, dan hingga Mei 2011 jumlah kasus baru mencapai 3.597.

"Pasien meninggal sebanyak 87 pada 2007, menjadi 33 orang tahun 2010. Keadaan ini semakin membaik karena hingga Mei 2011 belum ada laporan mengenai pasien meninggal," ujar Dien di Jakarta, Rabu, 15 Juni 2011.

Dien mengatakan, tren penurunan kasus dan jumlah korban meninggal akibat DBD memperlihatkan keberhasilan dari berbagai lini. Baik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun masyarakat. "Hingga saat ini telah ada sebanyak 31.407 petugas Jumantik dari unsur masyarakat di seluruh Jakarta," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, berdasarkan Incidence Rate (RT) secara nasional, Provinsi DKI Jakarta berada di peringkat ke-2 setelah provinsi Bali. Pada tahun 2010, jumlah kasus dengan IR sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka ini masih lebih tinggi dari target yang ditentukan yakni kurang dari 150 per 100.000.

Anggota Dewan perwakilan Daerah (DPD) DKI Jakarta Djan Faridz menyatakan keprihatinannya atas hal ini. Sebagai miniatur Indonesia di mata internasional, sebutan kota terparah endemi DBD adalah hal yang sangat memalukan.

"Akibat penanganan dan pencegahan penyebaran DBD yang belum maksimal oleh Pemerintah DKI Jakarta," kata Djan.

Menurutnya, fakta ini sudah selayaknya menjadi keprihatinan bersama. Terlebih, menurut catatan Kementerian Kesehatan, hampir di seluruh wilayah DKI sudah endemi DBD. Fakta ini tentunya wajib menjadi perhatian bersama.

Selain itu karena belum maksimalnya pencegahan penanganan DBD, dan akibat sarana penunjang kesehatan yang masih sangat minim. Misalnya, pemukiman kumuh yang hampir merata di seluruh penjuru Jakarta, terutama di seputar bantaran kali. Di pemukiman kumuh, sarana dan prasarana kesehatan jauh dari memadai. "Sehingga, penyakit mudah menyerang," kata Djan.

Djan menambahkan, jika saja Pemerintah DKI Jakarta memiliki program yang jelas dalam upaya pencegahan dan penanganan DBD, maka ke depan endemi DBD bisa diturunkan. "Ini menuntut komitmen penuh dari Pemerintah DKI Jakarta," katanya.

Dengan terus berulangnya endemi DBD di Jakarta, ini menunjukkan komitmen Pemerintah Daerah DKI Jakarta terhadap penyebaran penyakit ini sangat minim. Bahkan bisa dikatakan cuek. (adi)

Yoon Bomi Apink Pacaran dengan Produser Rado Selama 7 Tahun
Rektor Universitas Mercu Buana, Prof. Dr. Andi Adriansyah, M. Eng

Prodi Teknik Sipil dan Elektro UMB Raih Akreditasi Unggul

Pencapaian program studi Teknik Sipil dan Elektro tersebut, semakin memantapkan posisi Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana sebagai salah satu fakultas teknik terbaik.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024