Sistem Pelat Ganjil Genap Tekan Macet 50 %

Macet Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews - Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengaku optimis jika pembatasan kendaraan melalui sistem pelat nomor ganjil genap mampu mengurai kemacetan di Jakarta. Bahkan diprediksi dapat menekan kemacetan lebih dari 50 persen di jalan protokol.

Keyakinan itu didasarkan dari kesuksesan kota-kota besar dunia seperti Beijing, China dan kota besar lain di Eropa yang lebih dulu memberlakukan sistem itu. "Kenapa kita tidak coba, di negara lain seperti di Asia dan Eropa sudah lama diterapkan, kemudian hasilnya sukses," ujar Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Royke Lumowa kepada VIVAnews.com.

Paling tidak, ungkap Royke, sekitar 40 persen kemacetan secara keseluruhan di Jakarta bisa terurai. Sementara untuk jalur-jalur yang akan diterapkan pembatasan itu diprediksi akan mengurangi kemacetan lebih dari 50 persen.

"Tidak di semua jalan. Tapi diberlakukan di jalan yang ada jalur busway. Mengenai pengaturan hari, saat ujicoba akan dilakukan selama dua hari dalam satu pekan. Seperti pada Senin dan Jumat," papar Royke.

Menurutnya untuk menyukseskan kebijakan ini, petugas lalulintas siap mengawasi setiap mobil yang melintas. Namun, apabila ingin kebijakan ini sesukses di China dan Eropa, dapat dilakukan dengan pengawasan elektronik.

"Di luar negeri sudah pakai chip yang ada di dalam mobil sehingga bisa otomatis terdeteksi sensor," katanya.

Nantinya kata dia, Ditlantas Polda Metro Jaya berharap agar Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) berubah menjadi STNK Elektronik. Karena itu akan memudahkan pengawasan dalam penerapan sistem ganjil-genap.

"Jika sudah ada STNK Elektronik, maka orang tidak akan bisa memodifikasi platnya. Karena sudah terekam dalam chip nomor platnya. Akan tertempel dengan kendaraan. Kalau dia melintas pasti akan terdeteksi ganjil-genapnya oleh alat sensor," jelasnya.

Namun, pengadaan alat sensor dan STNK elektronik ini masih sangat lama. Sebab kebijakan ganjil-genap baru masuk dalam tahap diskusi secara formal dengan para pemangku kepentingan, termasuk Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, mengakui jika kebijakan ini merupakan bagian dari strategi pembatasan lalu lintas. Selain sistem maksimal 3 penumpang (3 in 1), sistem stiker dan sistem nopol ganjil-genap dan ERP. Namun kebijakan ini menurut Pristono tidaklah mudah untuk dilakukan. "Butuh pengawasan yang ketat dari para petugas di lapangan," ujarnya.

Menurut Pristono, dari sejumlah skenario pembatasan lalu lintas yang ada untuk mengatasi macet, jalan berbayar merupakan kebijakan yang paling efektif dan ideal dilakukan. "Kalau ganjil genap maupun time pelat nomor dampak negatifnya dapat mendorong warga memiliki kendaraan lebih dari satu," kata dia.

Berdasarkan perhitungan Dirlantas Polda Metro Jaya sampai akhir Desember 2010, ada 11.362.396 unit kendaraan di Jabodetabek, terdiri dari 8.244.346 unit roda dua dan 3.118.050 roda empat. Untuk roda empat pertumbuhan rata-rata per hari di Jakarta saja mencapai 240 unit dan kendaraan roda empat sebanyak 890 unit per hari.

Dari jumlah ini data Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan sekitar 5,6 juta kendaraan diantaranya merupakan kendaraan asal Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek) yang setiap harinya masuk ke wilayah ibukota. (adi)

5 Fakta Menarik Jelang Duel Everton vs Liverpool di Premier League
Pj Gubernur Sumut, Hassanudin.(dok Pemprov Sumut)

Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet

Kejuaraan North Sumatera Amateur Open (NSAO) 2024, kembali digelar oleh Persatuan Golf Indonesia (PGI) Sumut. Peserta berasal dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina,

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024