- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Massa Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEMSI) menggelar aksi duka cita evaluasi atas dua tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono di Istana Neger, Kamis 20 Oktober 2011.
Sebelum menggelar orasi, sekitar 700 mahasiswa tersebut longmarch dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Negara dengan membawa keranda mayat, spanduk, dan poster-poster mengenai kritikan terhadap pemerintah.
Dalam orasinya, Koordinator Pusat BEMSI, Muhammad Sayyidi, menilai kinerja pemerintah SBY-Boediono selama dua tahun ini gagal mensejahterakan rakyat.
"Pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan, pendidikan 9 tahun masih tidak berhasil," kata Sayyidi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2011.
Pendidikan di Indonesia, lanjut dia, juga masih dirasakan sangat komersial dan diskriminatif, terbukti dengan adanya RSBI dan RUU Pendidikan Tinggi.
Mahasiswa juga kecewa karena pemerintahan dinilai lamban dalam memberikan solusi terkait jaminan kesejahteraan sosial. Terbukti sudah tiga tahun RUU BPJS belum juga disahkan.
"Namun, ada hal yang sangat krusial, yakni APBN 2011. Evaluasi APBN 20% untuk pendidikan dinilai fiktif adanya. Presiden tidak tegas dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum," ujar Sayyidi.
"Semula kami berharap kinerja 2 tahun SBY-Boediono dapat mensejahterakan rakyat, akan tetapi jauh dari harapan, RPJMN yang dirancang ternyata meleset," ucap Sayyidi.
Mereka pun menggelar aksi teatrikal. Beberapa mahasiswa menggunakan kostum pocong yang menggambarkan matinya pemerintahan SBY-Boediono saat ini. (ren)