- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - PT Kereta Api (KA) berencana untuk mengubah rute perjalanan KRL pada akhir tahun ini. Dari 37 perjalanan yang ada, disederhanakan menjadi enam rute.
Rerouting dilakukan supaya tidak terjadi lagi crossing (persilangan) yang menyebabkan antrean di Stasiun Manggarai.
Komunitas pengguna KRL Jabodetabek menyambut baik ide itu. Namun menurut mereka, penyederhanaan rute belum saatnya diterapkan.
Mereka berharap, sebelum rencana ini dijalankan, sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu apakah sarana dan prasarananya mendukung.
Sebab jangan sampai menyusahkan dan membahayakan penumpang yang sudah jelas membeli tiket guna menadapatkan pelayanan yang prima.
Juru bicara KRL Mania, Agam Fatchurrochman, menilai Stasiun Manggarai yang rencananya dijadikan stasiun transit utama jauh dari layak.
Dia mengatakan dengan kondisi saat ini, Stasiun Manggarai tidak memungkinkan jadi stasiun transit utama, terlebih di sana masih menggunakan peron rendah.
"Dibandingkan stasiun lain, announcer Manggarai termasuk terjelek, tidak informatif. Sudah banyak kejadian KRL datang tapi tidak diumumkan. Sekarang saja sudah kacau, apalagi nanti," terang Agam dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.
Selain itu, jalur sepur raya (jalur untuk kereta api jarak jauh dari dan ke Gambir berjalan langsung) berada di tengah. Itu sangat membahayakan penumpang yang pastinya akan sangat terburu-buru untuk transit.
Pertimbangan lainnya yaitu seringnya gangguan di lintas Bogor. Begitu juga di lintas bekasi yang selalu terganggu kereta luar kota. Misalkan ada kereta jarak jauh mogok di Klender atau ada gangguan sinyal di Cipinang atau sepur di Jatinegara penuh, KRL tidak bisa melintas.
"Jalur double double track/ DDT Manggarai-Cikarang saja belum selesai," bebernya.
Dia menambahkan jumlah KRL dari arah Depok/Bogor juga tidak sebanding dengan KRL ke Bekasi. "Lagi-lagi ini akan menyusahkan penumpang Bogor/Depok yang akan ke Kota," tambah dia.
Waktu kedatangan KRL yang baik harusnya jangan terlalu lama sehingga penumpang tidak menghabiskan waktu lama menunggu di Manggarai.
Perubahan rute rencananya akan diujicoba pada November ini. Sekretaris Perusahaan PT KA Commuter Jabodetabek, Makmur Syaheran, mengatakan bila tidak terjadi lagi crossing (persilangan) antar kereta, maka dapat menghemat waktu perjalanan.
"Efisiensi waktu diharapkan bisa menambah frekuensi perjalanan kereta," kata Makmur.
Dengan adanya gambaran itu, Makmur menargetkan daya angkut KRL tahun depan rata-rata 465.000 orang per hari. Langkah ini merupakan tahapan untuk mencapai pertumbuhan penumpang KRL 1,2 juta orang per hari pada 2019