- Nila Chrisna Yulika/VIVAnews
VIVAnews - Sebanyak 100 perwakilan petani dari berbagai daerah melakukan aksi jahit mulut di depan Istana Presiden Jakarta. Mereka membawa agenda yang sama yakni menuntut penyelesaian konflik agraria. Para petani tersebut adalah korban dari kebijakan neoliberalisme, liberalisasi, danĀ investasi.
Menurut Koordinator "Aksi Duduki DPR", Binbin Firman aksi jahit mulut ini akan terus dilakukan sampai tuntutan mereka dipenuhi. "Melalui tangan pemerintah, para pemilik modal difasilitasi untuk melakukan perampasan atau penggusuran lahan pemukiman dan perkebunan milik rakyat," ujarnya di depan Istana Presiden, Jakarta, Kamis 22 Desember 2011.
Binbin juga menyesalkan sikap Ketua DPR Marzuki Ali yang hanya memberikan imbauan moral saja, tidak memberikan sebuah ketetapan yang bisa menyelamatkan dan memenuhi tuntutan petani. "Jadi hanya semacam surat imbauan yang tidak mempunyai kekuatan hukum apa-apa," sesalnya.
Sebelumnya petani sudah melakukan aksi jahit mulut di depan Gedung DPRD Padang, di Gedung Kemenhut, mogok makan di Komnas HAM namun belum membuahkan hasil.
"Tuntutan kami tidak digubris dan dianggap angin lalu, sehingga kami balik memutuskan balik lagi ke sini dengan jumlah yang lebih banyak," tegasnya.
Binbin mengaku, kesehatan petani jahit mulut saat ini hanya mengalami kelelahan dan kecapekan sehingga stamina mereka menurun. "Sebelum aksi ada dokter yang mengecek kesehatan. Mereka turun (tekanan) darah karena tidak makan dan lelah," ungkapnya
Salah seorang petani wanita yang melakukan aksi dilarikan ke RSCM dengan ambulans karena kondisinya yang menurun.
Petani mengharapkan pihak Istana membuka pintu untuk berdialog dengan Presiden. "Jangankan untuk bertemu dengan Presiden, utusannya pun sepertinya tidak ada," ungkapnya.(umi)