Nova Riyanti: KJS Picu Masalah, DPRD Harus Panggil Jokowi

Nova Riyanti Yusuf
Sumber :
  • www.noriyu.wordpress.com

VIVAnews - Empat bulan berlalu sejak Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, meluncurkan program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Selama 4 bulan terakhir warga DKI Jakarta yang menjadi penerima KJS, berhak untuk berobat gratis ke fasilitas pelayanan kesehatan yang telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Program tersebut sangat populis, namun di sisi yang lain juga membuka lembaran baru tentang permasalahan pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya di Provinsi DKI Jakarta. "Akhir-akhir ini, pemberitaan di media massa kita dihiasi dengan cerita sedih nan memilukan tentang bagaimana pasien pemegang KJS ditolak dari berbagai rumah sakit hingga harus jatuh korban jiwa," kata Wakil Ketua Komisi 9 Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi kesehatan, Nova Riyanti Yusuf.

Menurut Noriyu --sapaan Nova Riyanti Yusuf--, istilah “penolakan pasien” oleh rumah sakit tersebut harus dilihat dari berbagai sudut pandang dan harus objektif. Karena pada kenyataannya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, belum memadai.

Noriyu meragukan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam sebuah acara talkshow bersamanya di sebuah stasiun televisi swasta, di mana Kadinkes menyatakan bahwa sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sudah lebih dari cukup dan sangat memadai. Karena fakta di lapangan, masih banyak rumah sakit yang terpaksa tidak menerima pasien disebabkan oleh seluruh tempat tidurnya sudah penuh dan juga tenaga dokter yang ada juga dirasakan masih kurang.

"Saya juga menyayangkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta yang mengancam akan mencabut izin rumah sakit rumah sakit yang menolak pasien serta ancaman Wakil Gubernur DKI Jakarta kepada para dokter yang dianggap arogan kepada pasien kelas tiga," kata Noriyu.

Bosan Pintu Cokelat? Coba 4 Warna Cerah Ini Biar Rumah Makin Aesthetic

Ancaman seperti ini akan kontraproduktif karena rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk tenaga dokter, perawat, bidan, dan lain-lain, sudah sangat kewalahan menghadapi gelombang pasien yang melonjak setelah KJS berlaku.

Kini, kata Noriyu, dokter, perawat, dan bidan di DKI Jakarta harus melayani pasien yang jumlahnya bisa mencapai dua kali lipat daripada sebelum KJS berlaku, tanpa adanya tambahan tenaga kesehatan yang baru. Akan lebih arif bagi Gubernur dan Wakil Gubernur untuk memberi semangat dan pengertian kepada para tenaga kesehatan di DKI Jakarta yang juga merupakan anak-anak beliau, bukan justru mengancam yang bisa menyebabkan turunnya moral dan semangat para tenaga kesehatan tersebut.

"Kalaupun ada oknum dokter yang “bandel” mari kita serahkan kepada proses di dalam forum Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia," kata Noriyu dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Senin 11 Maret 2013.

Karena itu, Noriyu yang terpilih dari Jakarta ini merasa perlu meminta penjelasan Gubernur bagaimana evaluasi KJS dan bagaimana rencana Jokowi untuk memperbaikinya, terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di DKI Jakarta. Selain itu, dia juga akanmeminta penjelasan Gubernur tentang bagaimana rencana Pemprov DKI untuk lebih mengedepankan pelayanan promotif dan preventif dibandingkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.

"Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta beserta seluruh jajarannya termasuk Kepala Dinas Kesehatan bukanlah mitra dari Komisi IX DPR RI, tempat di mana saya mengabdikan diri sebagai wakil ketua. Namun saya yakin DPRD DKI Jakarta, khususnya Komisi E yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat, dapat menjalankan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya tanpa harus takut dicap sebagai “Pembenci Jokowi”," kata Noriyu.

Noriyu mengakui, Jokowi-Ahok, duet Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, adalah sebuah pasangan fenomenal dan dia merasa sangat bersyukur dapat menjadi warganya. Namun perlu diingat bahwa setiap kebijakan Jokowi-Ahok juga perlu untuk dikritisi dan seluruh tindak-tanduk serta ucapan mereka sebagai orang nomor satu dan nomor dua di DKI Jakarta juga harus senantiasa diperhatikan. (umi)

Skuad Indonesia di Thomas Cup 2024

Thomas Cup dan Uber Cup Kobarkan Semangat Atlet Jelang Olimpiade 2024

M. Fadil Imran mengatakan partisipasi Indonesia dalam Thomas Cup dan Uber Cup tahun ini menjadi momen penguatan semangat para atlet menjelang Olimpiade 2024.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024