Urban Legend

Cerita Kesaktian Penyebar Islam Habib Husein Alaydrus

Masjid Luar Batang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Pada awal abad ke-18, tepatnya tahun 1736 M, seorang pemuda Arab bernama Habib Husein bin Abubakar Alaydrus datang ke Pelabuhan Sunda Kelapa. la berasal dari daerah Al-Maiqab Hadramaut, Jazirah Arab yang kini masuk wilayah Yaman Selatan.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Sunda Kelapa adalah sebuah kota lama, juga dikenal dengan pasar ikannya Jakarta, pada waktu itu termasuk bandar yang paling ramai di Pulau Jawa. Di tepi pantai terlihat rumah-rumah nelayan dan warung-warung yang mereka kelola sebagai usaha sampingan. Bagian daratnya ditumbuhi hutan bakau yang lebat. Di sanalah Habib Husein membuat surau (musala), sebagai tempatnya beribadah dan berkhalwat.

Pada malam hari banyak orang datang ke tempatnya untuk mengaji dan memohon bantuan doa. Sedangkan pada siang hari Habib Husein gemar memancing, menelusuri tepian pantai. Kian hari semakin banyak penduduk memadati Sunda Kelapa, terutama para pengusaha yang datang dari berbagai daerah.

Demikian pula majelis pengajian dan surau Habib Husein makin ramai dikunjungi orang untuk belajar agama. Sehingga bangunan surau itu pun diperbesar menjadi masjid. Dengan begitu, penyiaran agama Islam di Kampung Luar Batang dan sekitarnya, berkembang semakin pesat.

Alwi Shahab, budayawan Betawi, dalam tulisannya menyebutkan informasi soal Habib Husein pernah termuat dalam Koran Bataviaasche Courant terbitan 12 Mei 1827, yang menyebutkan bahwa Habib Husein meninggal kurang lebih pada tahun 1796, setelah menyiarkan Islam di Surabaya dan Batavia.

Ada cerita, pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh seseorang yang datang dengan pakaian basah kuyup, memohon pertolongannya. Orang itu mengaku lari dari kejaran Kompeni (VOC). la adalah tawanan di sebuah kapal dagang milik orang Tionghoa dan akan dikenakan hukuman mati.

Siang hari berikutnya, satu regu pasukan berkuda VOC tiba di rumah Habib, berusaha menangkap dan membawa 'buronan' tersebut dari tangan Habib. Tetapi dengan tegar Habib Husein membela tawanan itu seraya berkata: "Saya akan melindungi tawanan ini dan saya menjadi jaminannya."

Mendengar kata-kata tegas Habib Husein, regu VOC itu mengurungkan niatnya dan membebaskan orang tersebut dari pertikaian. Tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih kepada Habib Husein atas pertolongan dan perlindungannya, serta bersedia menerima apa saja perintah Habib, bahkan ia mengakui Islam sebagai agamanya.

Nama Habib Husein makin dikenal banyak orang. Di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, makin banyak pendatang yang bermukim. Namun, pihak Kompeni Belanda justru mencurigai pengaruh dan kharisma Habib. Kalau dibiarkan terus, dikhawatirkan dapat mengganggu kedudukan Kompeni sebagai penguasa waktu itu. Maka diambil-lah tindakan, Habib beserta pengikutnya dijatuhi hukuman tahanan di wilayah Pancoran (Glodok), rumah tahanan itu dikenal dengan nama Seksi Dua.

Para petugas tahanan merasa heran melihat Habib Husein setiap tengah malam hingga menjelang subuh mengimami salat dalam ruangan besar rumah tahanan itu. Masyakarat di luar pun ikut serta bermakmum. Tapi pada saat bersamaan, para petugas tahanan mendapatkan Habib sedang tidur nyenyak di dalam kamarnya yang selalu terkunci.

Setelah kejadian itu, Kompeni Belanda meminta maaf atas penahanan itu, lalu membebaskan Habib Husein beserta pengikutnya, sebab memang tidak ada alasan hukum yang kuat untuk menahannya. (umi)

![vivamore="
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya