Mitos Ratu Buaya Putih di Kasus Ibu Hanyut di Angke

Kali Angke
Sumber :
  • @bpbdjakarta
VIVA.co.id
Hanyut di Kali Angke, Ditemukan Hanya Kenakan Pakaian Dalam
- Sudah lebih dari 24 jam tubuh Muhayati, ibu yang hilang tenggelam saat berusaha menyelamatkan balitanya yang jatuh ke Kali Angke tak kunjung ditemukan.

Kisah Ibu Selamatkan Anak hingga Tercebur di Kali Angke

Sejak pagi tadi, tim SAR gabungan dari berbagai unsur sudah terlihat hilir mudik di sekitar aliran Kali Angke di wilayah Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat untuk melakukan pencarian.
Tim SAR Terjunkan Penyelam Cari Ibu Hilang di Kali Angke


Namun, tubuh ibu berusia 38 tahun warga Parung Koreng, Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan tak kunjung bisa ditemukan.

Sejak Muhayati dan Fahri (4 tahun) jatuh dan tenggelam di Kali Angke kemarin, Selasa 24 Maret 2015, di sekitar lokasi mulai beredar sebuah cerita mitos tentang keberadaan penghuni gaib Kali Angke.

Mitos yang telah ada sejak zaman dahulu itu menyebutkan bahwa di kali tempat Muhayati dan Fahri hilang itu dijaga seorang ratu dari alam gaib berwujud buaya berwarna putih.


"Di sini ada ratu buaya putihnya," kata Pardi seorang warga yang ikut menyaksikan proses pencarian Muhayati di Kali Angke, Rabu 25 Maret 2015.


Menurut warga, setiap tahun selalu ada saja orang yang tenggelam di aliran kali berarus deras itu.


Tapi, biasanya jika korban telah meninggal, jasadnya akan muncul ke permukaan kali dalam hitungan satu malam saja.


"Yang udah-udah mayatnya ketemu di dekat situ, karena biasanya
diumpetin
sama buaya putih," ujar Pardi.


Apa yang diceritakan warga itu sungguh berbeda dengan yang terjadi kali ini. Karena menjelang siang ini, tubuh Muhayati belum juga ditemukan.


Sejauh ini, baru jasad Fahri yang ditemukan dan dievakuasi. Jasad balita itu ditemukan secara tak sengaja tersangkut di jala ikan seorang pencari ikan.


Jasad Fahri telah dikebumikan di pemakaman umum setempat oleh keluarganya.


Kronologi


Selasa pagi itu, Muhayati baru saja pulang dari pasar usai berbelanja kebutuhan rumah tangganya. Di temani Fahri, Muhayati mengendarai sepeda motor matic kesayanganya melaju menyusuri jalan menuju ke rumahnya.


Saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB, jalanan memang agak sedikit licin karena masih terselimuti embun pagi. Perlahan Muhayati melajukan sepeda motornya di jembatan yang berada di Bendungan Polor di bantara Kali Angke.


Jembatan beton itu merupakan satu-satunya akses menuju rumahnya. Karena sudah terbiasa menghadapi medan di jembatan, Muhayati tak lagi kagok melajukan kereta besinya.


Namun, kali ini berbeda, tiba-tiba saja, sepeda motor Muhayati tergelincir dan jatuh saat roda depan sepeda motor itu baru saja mencapai ujung dari jembatan yang memiliki panjang tak lebih dari lima meter.


Muhayati pun terjatuh bersama sepeda motor bernomor polisi B 3276 BHC itu. Beruntung, ia hanya jatuh di tepi kali. Tapi, nahas bagi Fahri, tangan mungilnya tak mampu memegang erat tubuh ibunya.


Tubuh mungil Fahri pun terjatuh ke dalam aliran Kali Angke yang berarus deras. Melihat anaknya jatuh, Muhayati tak lagi berpikir panjang, ia melompat ke dalam kali dan berusaha menyelamatkan Fahri.


"Motor itu terbalik dan anak saya kecebur. Terus ibunya
nolongin
kemudian ikut
nyebur
," kata Muhammad Zibir, suami Muhayati mengisahkan, Selasa, 24 Maret 2015.


Tapi siapa sangka, meski sempat berhasil meraih tubuh Fahri dan memeluknya erat, tenaga Muhayati tak cukup kuat menahan derasnya arus hingga ia dan Fahri pun hanyut dan tenggelam.


Warga yang menyaksikan kejadian itu pun berhamburan dan berusaha mencari Muhayati dan Fahri.

Muhammad Ikbal - Jakarta

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya