Ahok Anggap Teknologi Pengolahan Lumpur Aetra Belum Memadai

Ahok Resmikan Pengoperasian Mesin Pengolah Lumpur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
Ini Lokasi Posko Makanan, Minuman dan Medis untuk Pendemo
- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menganggap teknologi pengolahan lumpur milik PT Aetra Air Jakarta yang baru saja diresmikannya masih memiliki kapasitas kecil.

Kendaraan yang Lintasi Medan Merdeka Mulai Dialihkan
"Kalau lihat dari banyaknya limpahan air baku yang begitu kotor, harusnya dia punya kapasitas yang lebih besar," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT Aetra di Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa, 12 Mei 2015.

Massa Demo dari Bekasi dan Tangerang Mulai Berdatangan
Kendati demikian Ahok bisa memahami dengan pertimbangan yang diambil oleh perusahaan swasta ketika hendak melakukan investasi teknologi. "Dia juga enggak akan mau untuk menghabiskan uang sampai Rp100 miliar hanya untuk bangun yang begituan," ujar Ahok.

Bila Pemerintah Provinsi DKI melakukan pembangunan fasilitas serupa, Ahok mengatakan, DKI akan memiliki suatu fasilitas pengolahan air baku dengan kapasitas hingga 10 kali lipat lebih besar dari kapasitas yang saat ini bisa ditangani oleh Aetra.

Berbeda dengan perusahaan swasta, Ahok mengatakan, DKI memiliki anggaran yang begitu besar yang berdasarkan amanat konstitusi harus digunakan untuk menyejahterakan warga.

Berdasarkan amanat konstitusi pula, Pemprov DKI dalam melakukan pembangunan atau melaksanakan pembangunan apapun seharusnya tidak mengincar keuntungan, tapi murni melaksanakannya untuk melayani warga.

Hal ini salah satunya terbukti dengan dioperasikannya moda transportasi TransJakarta busway yang disertai penyertaan subsidi kewajiban layanan publik (PSO) setiap tahunnya yang membuat tarif dari moda transportasi itu selalu sebesar Rp3.500 untuk tujuan ke manapun juga.

"Selain itu saya pikir DKI kalau bangun 1 fasilitas seharga Rp6 miliar, Rp100 miliar mah kecil. Kita bisa beli UPS saja sampai seharga Rp12,1 triliun," kata Ahok berkelakar.

Ahok meresmikan pengoperasian mesin pengolah lumpur hasil produksi air bersih milik PT. Aetra Air Jakarta hari ini. Mesin yang dinamai sebagai teknologi 'decanter' itu memiliki kapasitas pengolahan air baku hingga mencapai 60 meter kubik untuk setiap jamnya.

Dari 750.000 meter kubik air baku yang diolahnya, mesin tersebut bisa memisahkan hingga 72 ton lumpur hasil erosi tanah dari saluran air atau sungai yang airnya digunakan oleh Aetra sebagai sumber material air baku.

Ahok meresmikan fasilitas pengolahan lumpur yang dimiliki oleh Aetra di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulogadung, Jakarta Timur. Sebelumnya, Aetra juga telah membangun fasilitas serupa di IPA Buaran, Jakarta Timur.

Di penghujung tahun ini dan tahun mendatang, perusahaan swasta pengelola air yang berasal dari Inggris itu akan menambah masing-masing 1 fasilitas serupa di IPA Pulogadung dan IPA Buaran. Untuk setiap mesin yang dipasangkannya, Aetra mengeluarkan dana hingga Rp6 miliar.

Bila keempat mesin decanter itu telah beroperasi secara optimal, Aetra menargetkan perusahaannya bisa memisahkan hingga sebanyak 6,4 ton lumpur per jam dari air baku yang diolahnya, sehingga komitmen dari perusahaan yang telah menjadi rekanan PDAM Jaya sejak tahun 1997 ini untuk bisa menjadi perusahaan penyedia layanan air bersih yang sepenuhnya terbebas dari limbah buangan (zero waste) bisa tercapai.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya